Statement Jenderal Amerika Bikin Kaget, Pentagon Diminta Kerahkan Pasukan...
Jenderal tertinggi yang bertanggung jawab atas pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO di Eropa meminta agar Pentagon bisa mempertimbangan untuk meningkatkan pengerahan pasukan permanennya ke Eropa.
Jenderal Tod Wolters, kepala Komando Eropa AS, mengaku yakin bahwa ke depannya, akan lebih banyak pasukan AS yang dibutuhkan di Benua Biru.
Baca Juga: Omongan Jenderal Amerika Lagi-lagi Bikin Israel Ciut, Kekuatan Rudal Iran Dikorek Habis
Menurut UPI, hal itu disampaikan Wolters pada Selasa (29/3) sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
"Saya pikir apa yang perlu kita lakukan dari perspektif kekuatan AS adalah melihat apa yang terjadi di Eropa setelah selesainya skenario Ukraina-Rusia dan memeriksa kontribusi Eropa. Dan berdasarkan luas dan dalamnya kontribusi yang telah diberikan Eropa, bersiaplah untuk menyesuaikan kontribusi AS. Kecurigaan saya adalah kita masih membutuhkan lebih banyak lagi (pasukan)," katanya.
Wolters membuat komentar tersebut selama sidang oleh Komite Senat Angkatan Bersenjata untuk postur Komando Eropa. Di hadapan para senator, ia menegaskan bahwa AS perlu menentukan apakah akan menggunakan kekuatan permanen atau rotasi (campuran) pasukan di Eropa.
Wolters pun mengungkap bahwa ada kemungkinan lebih banyak pasukan yang bisa dikirim ke Eropa dalam 'beberapa minggu ke depan'. Jawaban ini muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan dari Senator Kirsten Gillibrand, dari Demokrat untuk New York.
"Kami mengambil pendekatan berbasis kondisi dan kami melihat masalah ini detik demi detik, menit demi menit. Saya hanya akan memberi tahu Anda bahwa berdasarkan kondisi yang dinamis saat ini, jumlah itu (pasukan) bisa berubah. Saya menduga itu mungkin akan terjadi, dan ke arah mana akan ditentukan akan didasarkan pada kondisi," ucap Wolters.
Presiden Joe Biden, sementara itu, telah berulang kali menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengirim pasukan AS untuk berperang di Ukraina melawan Rusia. Biden, bagaimanapun, mengerahkan 3 ribu tentara AS tambahan ke Eropa Timur untuk mendukung NATO dan Ukraina pada minggu-minggu sebelum invasi Rusia.
Wolters pun berpendapat bahwa mungkin sempat ada 'celah' di kalangan intelijen AS yang kemudian menyebabkan para pejabat melebih-lebihkan kemampuan militer Rusia menjelang invasinya ke Ukraina. Komentar ini dibuat Wolters saat menanggapi pertanyaan oleh Senator Roger Wicker dari Republik untuk Mississipi.
"Seperti yang selalu kami lakukan di masa lalu, ketika krisis ini berakhir, kami akan menyelesaikan tinjauan setelah tindakan yang komprehensif di semua domain dan di semua departemen. Kami akan mencari tahu di mana area yang menurut kami lemah, dan memastikan kami dapat menemukan cara untuk mengatasinya, dan ini bisa menjadi salah satu dari area yang dimaksud," katanya.
Rusia mulai menginvasi Ukraina pada 24 Februari, tetapi kekuatan militer Ukraina yang jauh lebih kecil mengejutkan sebagian besar dunia dengan menahan atau menunda kemajuan Rusia di beberapa bidang utama.
Rusia pada Selasa mengumumkan bahwa mereka berencana untuk 'mengurangi aktivitas militer' di sekitar ibu kota Ukraina Kyiv dan lokasi lain. Hal ini datang usai pasukan negara itu melakukan penembakan artileri berat selama berminggu-minggu.
Namun, juru bicara Pentagon John Kirby terlihat tidak yakin dengan pengumuman Rusia. Begitu pula dengan para pejabat AS, katanya, yang tidak mengambil mentah-mentah ucapan dari Moskow. Kirby lalu mengatakan bahwa Kremlin gagal menaklukkan Kyiv, tapi ibu kota Ukraina itu tetap menjadi 'tujuan utama' Moskow.
"Mereka gagal mengambil Kyiv, tapi kami percaya Kyiv adalah tujuan utama," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: