Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Karyawan Twitter Terpecah Jadi Dua Kubu Usai Elon Musk Gabung Perusahaan

        Karyawan Twitter Terpecah Jadi Dua Kubu Usai Elon Musk Gabung Perusahaan Kredit Foto: Reuters/Mike Blake
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Karyawan Twitter memberikan reaksi yang beragam atas kehadiran orang terkaya dunia, Elon Musk di platform sosial media tersebut. Beberapa staf Twitter mendukung Elon Musk, sementara yang lainnya tampak tidak suka. Yah, hal yang biasa.

        Seorang karyawan Twitter bahkan sampai menyebut Musk "demagog rasis dengan kompleks dewa."

        Selain itu, ilmuwan data Twitter Brian Waismeyer pada hari Selasa juga mengatwakan bahwa ia 'kecewa' atas kehadiran Musk. “Tidak pernah menjadi platform yang sempurna atau kepemimpinan yang sepenuhnya meyakinkan, tetapi saya merasa arahan keseluruhan dan keselamatan ruangan yang diberikan 'sangat menggembirakan'. Sungguh langkah besar ke arah yang salah.”

        Baca Juga: Investor Tesla Klaim Saham Elon Musk di Twitter Tak Berarti Apa-apa: Hanya Investasi Kecil

        Tetapi di Blind, papan pesan perusahaan anonim dengan anggota terverifikasi, banyak staf Twitter merayakan penambahan Musk ke perusahaan.

        “Twitter harus menghentikan semua budaya pembatalan bangun ini,” tulis seorang karyawan Twitter, mengutip New York Post di Jakarta, Jumat (8/4/22). "Ayo pergi, Daddy Elon!"

        Di utas Blind lainnya menanyakan apakah ada karyawan Twitter yang berencana untuk berhenti sebagai respon terhadap kehadiran Musk, namun tampaknya itu hanya suara minoritas karena sebagian besar karyawan mengaku senang harga saham naik.

        Saham Twitter telah menguat sekitar 30% sejak saham Musk di perusahaan itu terungkap, meskipun mereka masih turun lebih dari 26% selama setahun terakhir. Di perusahaan teknologi seperti Twitter, karyawan sering dibayar dengan uang tunai dan opsi saham.

        Ketika karyawan bergabung saat saham perusahaan melambung tinggi, mereka diberi lebih sedikit pilihan. Di Meta, misalnya, beberapa karyawan yang bergabung saat saham perusahaan di dekat titik tertinggi, kini 40% di antaranya merasa tenggelam bak di dalam air dan mengaku ingin berhenti.

        Seorang karyawan Twitter memperkirakan situasi serupa jika Elon Musk meninggalkan perusahaan.

        “Jika ada yang akan menyebalkan bagi orang untuk bergabung selama era Elon karena ekuitas awal mereka akan turun seperti batu ketika dia turun,” kata karyawan itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: