Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Viral Rektor ITK Bagikan Komentar Rasis, MUI: Harusnya Dia Diberhentikan dari Perguruan Tinggi

        Viral Rektor ITK Bagikan Komentar Rasis, MUI: Harusnya Dia Diberhentikan dari Perguruan Tinggi Kredit Foto: Instagram/Cholil Nafis
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis turut bersuara soal Rektor Institut Teknologi Kaltim (ITK) Budi Santosa Purwokartiko. Cholil menilai Budi Santosa menunjukkan sikap rasisme dan seharusnya dikeluarkan dari institusi perguruan tinggi.

        "Dia terjangkit penyakit hasud dan premitif. Seharusnya dibersihkan perguruan tinggi dari orang rasis itu," kata Cholil saat dihubungi Warta Ekonomi, Minggu (1/5/2022).

        Baca Juga: Soal Label Kadrun ke Tsamara Amany, Jubir PAN Beberkan Fakta Menohok Ini

        Cholil menegaskan pakaian sejak dulu merupakan ciri budaya, termasuk agama. Bahkan, pertemuan internasional sudah bisa memahami kewarnegaraan seseorang dari pakaian yang digunakan.

        Dia mencontohkan Indonesia punya pakaian adat dan pakaian keagamaan. "Allah menggambarkan pakaian pada ketakwaan dan hubungan suami istri," tambahnya.

        Ketua MUI itu meminta agar dilakukan penyelidikan terhadap kampus terkait, terutama soal ajaran agama. "Apakah pengajaran agama dikurangi atau bahkan tak boleh ada kajian agama," ujar Cholil.

        Baca Juga: Tinjau Formula E Bareng Anies Baswedan, Presiden Jokowi Diledek Warganet: Kadrun Nih?

        Sementara itu, terkait Budi Santosa sendiri, Cholil berpendapat Rektor ITK itu perlu diberikan sanksi atas sikap dan ucapannya.

        "Harus diberi tindakan dan diberi pelajaran orang semacam ini. Tak layak dengan gelar akademik guru besar dan penyeleksi beasiswa LPDP yang uangnya berasal dari rakyat," pungkas Cholil.

        Sebelumnya, Rektor ITK Budi Santosa Purwokartiko ramai jadi perbincangan lantaran status media sosialnya yang dinilai mengandung unsur SARA. Budi mengaku diberi kesempatan untuk mewawancarai mahasiswa yang mengikuti program LPDP. Dari 12 mahasiswi yang ia wawancara, tak ada satu pun yang menggunakan penutup kepala.

        Akan tetapi, caranya mengungkapkan hal tersebut seolah mendiskreditkan individu yang menggunakan hijab.

        Baca Juga: Disebut-sebut sebagai Gubernur Rasis, Fakta 4 Tahun Anies Pemimpin DKI Dibongkar, Jangan Kaget!

        "Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir, jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind, mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi," tulis dia di laman Facebooknya, dikutip Minggu (1/5/2022).

        Budi sendiri telah buka suara terkait pernyataannya yang viral itu. Ia mengklaim tidak ada niat untuk merendahkan atau mendiskriminasi pengguna hijab.

        Baca Juga: Sudah Berujar Rasis ke Tsamara Amany, Akun @GusNadjb Berfoto Anggota Banser Kini Jadi Misteri!

        "Mereka salah paham. Saya hanya menceritakan bahwa kebetulan dari 12 itu tidak ada yang pakai kerudung," ungkapnya.

        Dia menduga kesalahpahaman itu muncul sebagai konsekuensi dari bahasa tulis yang memungkinkan lahirnya persepsi yang berbeda. Terlebih, banyak orang yang membagikan tangkapan layar statusnya hanya sepotong-potong.

        "Padahal saya menilai tidak berdasarkan dia pakai kerudung atau nggak. Nggak ada, karena poin-poin yang dinilai bukan itu. Bahkan pertanyaan mengenai agama aja nggak ada," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: