Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pasar Terkoreksi Jadi Momentum Saham Batubara Jadi yang Paling Seksi

        Pasar Terkoreksi Jadi Momentum Saham Batubara Jadi yang Paling Seksi Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghijau, naik tipis 0,7% setelah pekan lalu terperosok selama 5 hari perdagangan berturut-turut. 

        Sejumlah saham masih dalam posisi koreksi dalam. Tidak pada harga wajarnya. 

        "Ini momentum, beli saat pasar panik, jual pada saat pasar optimis," kata Investor Pasar Modal Yohan Hapdijaya, Selasa (17/5/2022). 

        Baca Juga: Perkasa Se-Asia, IHSG Catat Apresiasi 0,70% pada Akhir Sesi Kedua

        Yohan mengatakan saat ini saham di sektor komoditas menjadi yang paling menarik untuk dikoleksi. 

        "Dari semua komoditas yang paling sexy batubara. Hari ini saham komoditas masih rally karena memang commodity supercycles," kata Yohan

        Commodity supercycle, tambahnya, bukan hanya terjadi selama 1-2 bulan. Secara historis, siklus ini bisa berlangsung hingga satu dekade.

        Data menunjukkan, tren kenaikan harga batubara terjaga. Diantaranya, kata dia, disebabkan oleh perang antara Rusia dan Ukraina masih belum selesai, yang berbuntut adanya sanksi dan embargo

        Kedua, stok batu bara India kini pada level kritis. Pemerintah India berupaya memenuhi kebutuhan batu bara pembangkit listrik, saat ini terjadi lonjakan kebutuhan listrik di tengah gelombang panas di sana.

        Baca Juga: Aksi Belanja Dominasi Perdagangan, IHSG Betah di Zona Hijau

        Ketiga, China memangkas tarif impor untuk semua jenis batu bara menjadi nol pada 1 Mei 2022 hingga 31 Maret 2023. Hal itu dilakukan untuk memastikan keamanan energi di tengah lonjakan harga dan adanya kekhawatiran gangguan pasokan.

        "Beli saham yang saat ini sedang tren. Tren saat ini komoditas, bukan teknologi. Back to old money," kata dia. 

        Hal tersebut pun tercermin dari valuasi Raksasa perusahaan minyak Arab Saudi, Saudi Aramco menggeser Apple, menjadi perusahaan yang memiliki nilai valuasi tertinggi.

        Nilai valuasi perusahaan Saudi Aramco sebesar USD 2,43 triliun, lebih tinggi dibandingkan Apple yang sebesar USD 2,37 triliun. Saham sektor teknologi di dalam negeri pun kini tengah tertekan. 

        Yohan mengatakan investor tak perlu panik. Selama perusahaannya sehat, memiliki  fundamental bagus, penerapan tata kelola perusahaan alias good corporate governance/GCG yang baik. 

        "Saat ada harga murah ya tambah," ungkapnya. 

        Koreksi yang terjadi pada saat ini, lanjutnya, berbeda dengan koreksi yang terjadi pada awal tahun 2020 masa pandemi. Pada saat pandemi pasar tidak mengetahui apa yang tengah dihadapi. 

        Yohan menilai koreksi yang terjadi pada pekan lalu, disebabkan beberapa hal. Pertama, asing keluar untuk taking profit. Sebab IHSG telah mengalami rally cukup panjang dari November lalu. 

        "Libur lebaran bursa satu minggu libur, jadi ya wajar di taking profit sekaligus. Tapi pasar merespons juga panik dan tempramental, jadi anjlok dalam," ungkapnya.

        Baca Juga: Bursa Perkasa! Cek Saham Paling Banyak Diborong Investor

        Kedua, hal tersebut terjadi karena ada kekhawatiran terjadi stagflasi. Hal tersebut sesuai perkiraan Yohan sebelumnya pada awal tahun ini. Stagflasi nama lain dari resesi inflasi. 

        Harga komoditas merupakan leading indikator dari inflasi. Naiknya komoditas akan mendorong inflasi. Di sisi lain ekonomi belum sepenuhnya pulih dari pandemi. 

        Inflasi akan diikuti dengan kenaikan suku bunga. Suku bunga yang naik akan diikuti oleh naiknya yield dari obligasi. Trend dari komoditas akan sama dengan bond yield.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: