Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kurang Mendukung Ukraina saat Jadi Kanselir, Angela Merkel: Saya Tak Perlu Minta Maaf

        Kurang Mendukung Ukraina saat Jadi Kanselir, Angela Merkel: Saya Tak Perlu Minta Maaf Kredit Foto: AP Photo/John Macdougall
        Warta Ekonomi, Berlin -

        Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel membela dirinya dalam wawancara besar pertamanya sejak purnatugas terkait caranya menghadapi Vladimir Putin.

        Menurutnya, ia tak perlu meminta maaf atas tanggapannya terhadap aneksasi Rusia atas Krimea dari Ukraina pada 2014 ketika ia mendukung sanksi. Wanita 67 tahun ini juga membela penentangannya terhadap keinginan Ukraina bergabung dengan NATO.

        Baca Juga: Mengorek Alasan Bank Dunia Berani Jor-joran Guyur Rp21,5 Triliun buat Ukraina

        Dilansir dari BBC, Merkel telah dituduh menggoyahkan posisi Jerman dengan mengejar hubungan bisnis dengan Rusia.

        Pipa Nord Stream 2 yang membawa gas alam Rusia langsung menuju Jerman dibangun saat ia menjabat sebagai kanselir. Proyek itu baru ditangguhkan oleh penggantinya, Kanselir Olaf Scholz, tak lama sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

        Di bawah tekanan untuk menjatuhkan sanksi baru yang keras atas invasi, Jerman berjibaku guna mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia tanpa merusak ekonominya sendiri.

        Namun, Merkel justru berpendapat kalau Eropa dan Rusia adalah tetangga yang tak bisa saling mengabaikan.

        "Kita harus menemukan cara untuk hidup berdampingan, terlepas dari semua perbedaan kita," ungkapnya kepada jurnalis sekaligus penulis Jerman, Alexander Osang, dalam wawancara yang disiarkan kanal televisi ARD.

        Menurutnya, invasi tersebut bukan hanya tak bisa diterima, melainkan juga kesalahan besar oleh Rusia.

        "Jika kita mulai kembali setelah berabad-abad dan berdebat tentang wilayah mana yang seharusnya menjadi milik siapa, kita hanya akan berperang. Itu bukan pilihan sama sekali," sambungnya pada Selasa (7/6/2022).

        Ia mendukung sanksi yang dijatuhkan pada Rusia sebagai tanggapan atas pencaplokan Krimea. Merkel juga membela peran Jerman dalam mempertahankan proses perdamaian Minsk yang ditujukan untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina timur pada 2014-2015.

        Menurutnya, proses perdamaian itu telah memberi Ukraina waktu untuk berkembang sebagai negara dan memperkuat militernya.

        Baca Juga: Amerika Asah Kemampuan Pasukan Ukraina buat Gunakan Sistem Roket Canggih, Rusia Santai

        "Saya tak perlu menyalahkan diri sendiri karena tak berusaha cukup keras. Saya tak melihat bahwa saya harus mengatakan 'itu salah'. Itulah mengapa saya tak perlu meminta maaf," terangnya.

        Merkel menentang keanggotaan NATO untuk Ukraina pada 2018. Ia beralasan ingin mencegah eskalasi dengan Rusia dan karena Ukraina sendiri belum siap.

        "Itu bukan Ukraina yang kita kenal saat ini. Negara tersebut saat itu tak stabil, penuh dengan korupsi," tuturnya.

        Sebaliknya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menganggap keputusan Jerman pada 2008 sebagai salah perhitungan. Ukraina pun kini tetap berada di luar aliansi NATO, meski mendapat banyak bantuan pertahanan dari Barat sejak invasi.

        Pada Selasa (7/6), Merkel mengaku memberikan 'penghormatan tertinggi' untuk Zelensky dan terkesan dengan 'keberanian dan semangat' warga Ukraina untuk berjuang demi negara mereka.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: