Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pembangunan Stasiun Manggarai Capai 60%, Stasiun Gambir Masih Tetap Layani Perjalanan KA Jarak Jauh

        Pembangunan Stasiun Manggarai Capai 60%, Stasiun Gambir Masih Tetap Layani Perjalanan KA Jarak Jauh Kredit Foto: Antara/Siswowidodo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pembangunan Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral pertama dan terbesar di Indonesia masih terus dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan. Per Mei 2022 progress pengerjaan Stasiun Manggarai sudah mencapai 60,125% untuk pembangunan fisik sisi timur, dan ditargetkan akan dioperasikan pada tahun 2023.

        Sementara itu Stasiun Gambir masih tetap melayani perjalanan jarak jauh seperti biasa. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan berbagai pihak mengenai status Stasiun Gambir dan Stasiun Manggarai.

        Baca Juga: Kecelakaan Pesawat Derazona Air, Ini Penjelasan Kemenhub

        Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, menyebutkan bahwa Stasiun Manggarai dipilih menjadi lokasi pengembangan stasiun sentral mengingat posisinya yang sangat strategis dan perannya yang sangat vital dalam menunjang layanan kereta api di ibu kota.

        "Saat ini, Stasiun Manggarai sudah mengemban peran menjadi stasiun hub untuk tujuh persimpangan jalur kereta api yang terdiri dari jalur kereta api yang mengarah ke Jatinegara, arah ke Jakarta Kota, arah ke Tanah Abang, arah ke Bogor, arah ke depo KRL Bukit Duri, arah ke Pusat Gudang Persediaan, serta mengarah ke Balai Yasa Manggarai,” ucap Zulfikri  dalam keterangannya, Kamis (9/6/2022).

        Hal ini membuat  Stasiun Manggarai menjadi stasiun tersibuk yang melayani lebih dari 20.000 penumpang dan 616 perjalanan KRL setiap hari sebelum pandemi.

        Guna mengakomodasi tingginya lalu lintas kereta api dan mengurai bottleneck yang sering terjadi, Stasiun Manggarai kemudian dikembangkan oleh DJKA untuk menjadi stasiun sentral yang akan memiliki 18 jalur aktif saat pengoperasian penuh nanti.  Keseluruhan jalur tersebut akan melayani kereta api (KA) jarak jauh, KRL Jabodetabek, serta KA Bandara sehingga memudahkan masyarakat untuk berganti layanan kereta api dalam satu gedung stasiun.

        Baca Juga: Mau Jadi Gubernur Jakarta, Giring Ganesha Disindir Haris Pertama: Sifatmu Selalu Buat Orang Murka

        Nantinya, sebanyak 8 jalur dari 18 jalur tersebut akan terletak pada lantai dasar (at grade) dan 10 jalur layang di lantai 2, sementara lantai 1 difungsikan sebagai concourse. Pada tahap pengembangan akhir nanti, Stasiun Manggarai juga akan dilengkapi 14 lift dan 14 eskalator untuk menunjang pergerakan penumpang.

        Selain penambahan jalur, di Stasiun Manggarai juga akan ada penambahan luasan tempat terbuka, sebagai tempat bertemua orang yang lalu lalang di stasiun (concourse), dari  yang sekarang sudah terbangun.

        “Kami ingin meyakinkan masyarakat, concourse yang tersedia saat ini masih akan ditambah lagi,”

        Baca Juga: Mendag Lutfi: Indonesia Manfaatkan G20 untuk Dukung Transformasi Digital

        “Concourse akan menjadi dua kali lebih luas dibandingkan saat ini, sehingga masyarakat akan lebih nyaman saat melakukan transit dan kegiatan lainnya di dalam stasiun,” ucap Zulfikri.

        Stasiun Manggarai juga dipersiapkan untuk dapat diintegrasikan dengan moda transportasi lain seperti LRT, Transjakarta, dan transportasi umum lainnya.

        "Pengembangan integrasi dan interkoneksi antarmoda ini dilakukan sebagai upaya untuk mengakomodasi pergerakan 1,2 juta penumpang yang diperkirakan akan dilayani oleh Stasiun Manggarai," ucap Dirjen Zulfikri.

        Nantinya kawasan di sekitar Stasiun Manggarai juga akan ditata dan dikembangkan oleh DJKA bekerjasama dengan stakeholder terkait dan Pemerintah Daerah untuk menjadi kawasan bisnis terpadu sekaligus menata arus lalu lintas menuju stasiun.

        Dalam rangka mewujudkan transformasi Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral, diperlukan penyesuaian untuk menata dan mengkondisikan pergerakan kereta api dan penumpang di stasiun ini agar pembangunan dapat terus berlangsung.

        Baca Juga: Gandeng Australia, Kemenhub Gelar Maritime Security Inspector Training

        Salah satu penyesuaian tersebut dilakukan melalui kegiatan switch over (SO) 5 yang dilakukan pada Jumat (27/5/2022) hingga Sabtu (28/5/2022) silam. SO 5 ini perlu dilakukan untuk memindahkan peron dan jalur aktif yang melayani KRL sehingga pembangunan dapat dilanjutkan pada sisi timur.

        Oleh sebab itu jika SO 5 tidak dilakukan, maka pembangunan stasiun sentral pertama di Indonesia ini dapat terhambat.

        Adapun Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jakarta dan Banten Rode Paulus menambahkan, pelaksanaan SO 5 ini nantinya akan diikuti oleh SO 6 yang direncanakan akan dilakukan pada November 2022 dan SO 7 yang akan dilakukan setahun setelahnya.

        Baca Juga: Minta Polisi Usut Tuntas FPI Reborn, Kecurigaan PA 212 Gak Main-main: Ada Gerakan Intelijen...

        "Rangkaian kegiatan switch over (SO) ini diperlukan untuk memastikan operasional Stasiun Manggarai dapat berlangsung meski pembangunan terus berjalan," ucap Rode.

         Dia menuturkan bahwa pembangunan struktur stasiun terletak pada jalur aktif KA yang tidak boleh terganggu perjalanannya, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan Stasiun Manggarai.

        Setelah selesai dibangun nanti, kehadiran Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral pertama di Indonesia diharapkan mampu meningkatkan pelayanan jasa angkutan penumpang KRL Jabodetabek dan KA jarak jauh dari dan ke Provinsi DKI Jakarta.

        Hal ini mengacu kepada negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia yang sudah terlebih dahulu memiliki stasiun sentral untuk menata pergerakan kereta api di negaranya. Melalui pengoperasian Stasiun Sentral Bang Sue  di Thailand dan Stasiun KL Sentral di Malaysia, kedua negara tersebut berhasil mewujudkan moda transportasi kereta api yang terintegrasi dan memudahkan pergerakan penumpang.

        Berkaca pada kesuksesan Thailand dan Malaysia tersebut, stasiun sentral sejatinya memiliki peran penting dalam memastikan kelancaran aksesibilitas dan mobilitas orang dan barang antar kabupaten, antar kota maupun antar provinsi di suatu kawasan.

        Baca Juga: 3 Pelabuhan Penyeberangan dan 1 Kapal di Wakatobi Akan Diresmikan Presiden Jokowi

        Dampak positif yang diharapkan dari kelancaran mobilitas ini adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar daerah pembangunan, serta memacu dan memperlancar roda perekonomian masyarakat. Di samping itu, melalui pembangunan concourse di stasiun sentral, diharapkan dapat mewujudkan keselamatan, kenyamanan dan keamanan para pengguna jasa kereta api.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rena Laila Wuri
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: