Salman Rushdie, Pengarang 'Ayat-ayat Setan' Alami Buta Mata dan Lumpuh Sebagian
Salman Rushdie, penulis "Ayat-ayat Setan", mengalami buta mata kanannya dan salah satu tangannya lumpuh setelah ditikam di New York, Amerika Serikat, pada bulan Agustus.
"Ada sekitar 15 luka lainnya di dadanya. Ini serangan brutal," ungkap Andrew Wylie, seorang agennya di New York, menurut surat kabar Spanyol El Pais.
Baca Juga: Penulis Buku Best Seller Rich Dad Poor Dad Sebut BTC sebagai 'Peluang Beli' saat Dolar AS Melonjak
Salman sudah lama menerima ancaman pembunuhan atas novelnya yang berjudul The Satanic Verses (Ayat-ayat Setan) pada 1988. Sebagian Muslim menganggap buku ini sebagai penistaan.
Pria 75 tahun ini lantas terpaksa bersembunyi selama hampir 10 tahun setelah The Satanic Verses diterbitkan. Banyak Muslim marah dengan alasan penggambaran Nabi Muhammad di buku itu telah menghina agama.
Ia menerima ancaman pembunuhan dan pemimpin Iran saat itu, Ayatollah Ruhollah Khomeini, menerbitkan fatwa yang menyerukan pembunuhan Salman. Ia menjanjikan imbalan USD 3 juta (Rp46 miliar) untuk kepala Salman.
Fatwa ini masih aktif. Sebuah yayasan keagamaan semi-pemerintah Iran bahkan menambahkan USD 500 ribu (Rp7,8 miliar) pada imbalannya pada 2012.
"Bahaya utama yang dihadapinya bertahun-tahun setelah fatwa itu terbit adalah orang datang entah dari mana dan menyerangnya. Jadi, Anda tak bisa berlindung dari itu karena sama sekali tak terduga dan tak terpikirkan. Ini seperti pembunuhan John Lennon," kecam Wylie.
Pada 12 Agustus, Salman diserang di Institut Chautauqua, New York, saat hendak berpidato tentang bagaimana AS telah menjadi surga bagi para penulis. Ia ditikam di leher dan perut, menderita luka tusukan di mata kanan dan dada, serta luka robek di paha kanannya.
"Ia kehilangan satu matanya, 3 luka serius di lehernya, dan satu tangannya lumpuh karena saraf di lengannya terputus," tambah Wylie.
Saat ditanya apakah Salman masih dirawat di rumah sakit, Wylie menolak menjawabnya.
"Saya tak bisa membocorkan keberadaannya. Nyawanya selamat. Itu yang lebih penting," jawabnya.
Sementara itu, pria yang didakwa atas serangan tersebut, Hadi Matar, pemuda 24 tahun kelahiran AS, mengaku tak bersalah atas percobaan pembunuhan.
Salman lahir di India pada 1947. Ia dikirim ke sekolah asrama di Inggris, kemudian kuliah di Universitas Cambridge. Pada 2007, ia dianugerahi gelar kebangsawanan untuk pengabdiannya di bidang sastra.
Curahan dukungan pun mengalir untuknya setelah terjadi serangan. Banyak yang mengutuk insiden ini sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: