Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pengamat Prediksi Keadaan Pilpres 2024 Sama dengan Pilkada 2017, Karena Ada Anies Baswedan?

        Pengamat Prediksi Keadaan Pilpres 2024 Sama dengan Pilkada 2017, Karena Ada Anies Baswedan? Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute memprediksi keadaan Pemilu 2024 akan seperti yang terjadi pada pilkada DKI Jakarta tahun 2017 dengan intensitas dan kuantitas yang lebih masif.

        Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah karena Pilpres 2024 ini ada Anies Baswedan yang kembali bersaing untuk memperebutkan jabatan orang nomor satu di negara ini.  

        Baca Juga: Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo Banyak Kesamaan, Disinyalir Makin Susah Tentukan Pilihan

        “Anies Baswedan yang dinilai dekat dengan  kelompok mayoritas muslim tentunya mudah sekali dicap fundamentalis, radikal dan sektarian,” ujar Achmad melalui pernyataan tertulisnya, Kamis (27/10/22).

        Menurut Achmad, kondisi 2024 nanti akan mirip seperti tahun 2017 saat pilkada DKI dimana para kontestan politik akan kembali mengangkat isu Politik Identitas untuk mengstigmakan ini kepada Anies Baswedan dan kandidat lawannya. 

        Baca Juga: NasDem Dapat Angin Segar Imbas Deklarasikan Anies Baswedan, Elektabilitas PDIP Mulai Mengkhawatirkan karena Alami Penurunan!

        “Hal ini tentunya diprediksi berhubungan dengan isu radikalisme akan kembali menjadi gorengan menjelang pilpres 2024 yang akan datang. Dan situasi ini sudah mulai dapat dirasakan oleh publik akhir-akhir ini,” jelas dia. 

        Ia mengingatkan agar masyarakat Indonesia bisa lebih cermat dan cerdas dalam mendukung tokoh jagoannya dalam Pilpres 2024 mendatang. 

        Baca Juga: Kalau PKS dan Demokrat 'Sikut-sikutan' Soal Jatah Cawapres, Rencana Koalisi dengan NasDem yang Usung Anies Baswedan Bisa Batal!

        “Jika masih ada unsur saling menjatuhkan lawan politik maka hal ini menggambarkan betapa buruknya etika dan betapa kekanak-kanakan demokrasi di Indonesia,” jelas dia. 

        “Tentu saja yang diinginkan publik yang berpikir jernih adalah adanya persaingan sehat dan saling support. Tidak ada yang menggunakan cara-cara kotor untuk bersaing dengan saling menjatuhkan dan saling membunuh karakter,” tambah dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: