Segala Cara Dilakukan Oligarki untuk Jegal Anies Termasuk Lewat KPK, Sentilan Refly Harun: Istana Tidak Happy
Pengamat politik Refly Harun menyoroti calon presiden Partai NasDem Anies Baswedan yang ikut tereret dalam pusaran kasus dugaan korupsi Formula E yang kini tengah diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Selain itu, ia juga mengaitkan hal ini dengan penggeledahan kantor Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa oleh KPK beberapa waktu lalu. Menurut Refly, kedua agenda tersebut dilakukan untuk menjegal Anies karena sosoknya yang tak disukai oleh rezim.
Baca Juga: Anies Jangan Mimpi Jadi Presiden! Guntur Romli: Takut Ucapin Selamat Natal karena Tekanan Kelompok..
"Kalau kita berbicara rezim itu sebuah bangunan kekuasaan yang tidak hanya diisi oleh orang-orang yang secara formal memerintah tapi juga behind the scene, tokoh-tokoh yang ada di belakang layar. Terutama tokoh-tokoh yang kuat ekonomi yang kuat yang kadang-kadang kita katakan oligarki," kata Refly Harun, Selasa (27/12/2022).
Ia mengatakan, rezim yang berkuasa saat ini telah menyusun agenda agar Pilpres 2024 hanya diikuti oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Upaya awalnya adalah dengan menarik Partai Amanat Nasional (PAN) keluar dari oposisi dan masuk ke lingkar kekuasaan. Diketahui, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dilantik Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi Menteri Perdagangan.
Dengan masuknya PAN ke lingkar kekuasaan, hanya tersisa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat di pihak oposisi. Jumlah suara kedua partai itu di parlemen kurang dari 20 persen hingga tak bisa mencalonkan presiden.
Partai Nasdem pun merangkul dua partai itu dan memunculkan sosok Anies Baswedan sebagai calon presiden. Hal itu tentu membuat rezim yang berkuasa saat ini meradang.
Baca Juga: Heran Anies Takut Ucapkan Selamat Natal, PSI: Jangan Mimpi Jadi Presiden, Sama Saja Berkhianat...
"Ini hal yang menurut saya, politik yang penuh trik. Padahal kita tahu, Istana memang tidak happy dengan Anies Baswedan, karena Anies adalah tokoh yang dianggap bisa mengubah rezim hari ini," kata Refly Harun.
"Mereka menginginkan rezim itu tidak berubah. Kalau yang menang Ganjar Pranowo, maka betul-betul pelanjutan. Kalau yang menang Prabowo Subianto, mungkin juga lebih mau berkompromi dengan rezim hari ini," lanjutnya.
Itulah mengapa, kata Refly Harun, Anies Baswedan bakal menghadapi sejumlah upaya kriminalisasi terhadap dirinya.
Di lain pihak, Ketua KPK Firli Bahuri buka suara. Ia membantah jika kerja-kerja KPK adalah untuk menjegal langkah Anies Baswedan.
Baca Juga: Anies Dapat Nama Yohanes dari Pemuka Gereja, PSI: Selamat, Para Pendukung Anies Pasti Senang!
"KPK penyelidikan perkara korupsi Formula E dibilang Firli menjegal Anies. Sekarang KPK geledah kantor Gubernur Jatim juga dibilang ada hubungan dengan Anies. Jadi apa-apa yang dilakukan KPK untuk menjegal Anies," kata Firli, Senin (26/12/2022).
Firli mengatakan apa yang dituduhkan Rocky Gerung tak masuk akal. Pernyataan Rocky kata Firli, seolah-olah Anies Baswedan terlibat dengan seluruh kasus korupsi yang ditangani KPK.
"Memangnya Anies ada keterlibatan dengan semua perkara korupsi yang ditangani KPK? Jangan-jangan perkara korupsi Gubernur Papua, Lukas Enembe, nanti dikatakan untuk menghambat Anies," ungkapnya.
Firli menegaskan, aksi penggeledahan tim KPK beberapa waktu lalu dalam rangka pengembangan penanganan perkara korupsi dana hibah, yaitu dengan tersangka Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Sahat Simanjuntak.
Tim KPK tidak hanya menggeledah kantor Khofifah melainkan juga beberapa tempat, seperti kantor Sekda dan sejumlah dinas, termasuk ruang kerja Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak.
"Masa iya, KPK menangani perkara korupsi dana hibah di Jatim dengan tersangka Wakil DPRD Sahat Tua Simanjuntak dikatakan ada kaitan dengan Anies Baswedan? Mari menggunakan pikiran yang cerdas dan obyektif," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas