Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Disebut Wajar Kalau Elite Kemenag Bela Megawati Soal Nyinyir Ibu-ibu Pengajian: 'Satu Kubu dan Satu Kolam, Kalau Rakyat...'

        Disebut Wajar Kalau Elite Kemenag Bela Megawati Soal Nyinyir Ibu-ibu Pengajian: 'Satu Kubu dan Satu Kolam, Kalau Rakyat...' Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Beragam respons mulai muncul setelah Megawati mengeluarkan pernyataan gaduh terkait Ibu-ibu pengajian. Salah satu pihak yang angkat suara adalah Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid yang memilih berbaik sangka soal ucapan Megawati. Menurutnya, Megawati hanya ingin mengingatkan sesuatu.

        Mengenai hal ini, Pegiat Media Sosial Saeful Zaman mengungkapkan wajar apabila Wamenag akhirnya membela Megawati, mengingat keduanya kini berada di kekuasaan.

        “Barangkali karena merasa satu kubu dan satu kolam maka harus berprasangka baik,” ujar Saeful melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Jumat (24/3/23).

        Baca Juga: Ulah Megawati Nyinyir Ibu-ibu Pengajian Disebut Selaras dengan Kepala BPIP yang Sebut Agama Musuh Pancasila: 'Sangat Wajar'

        Hal berbeda, lanjut Saeful, ada pada rakyat yang menurutnya harus menyisakan ruang kritis dan ketidakpercayaan pada pihak penguasa.

        Bukannya tanpa alasan, menurutnya, Penguasa sudah diktitik saja masih kerap melenceng apalagi jika panen pujian.

        “Kalau kita sebagai rakyat, kita harus menyisakan ruang ketidakpercayaan kepada penguasa, penguasa itu dikritik saja masih melenceng apalagi kita husnuzon,” jelasnya.

        Baca Juga: Dideklarasikan PKS Sebagai Capres, Anies Baswedan Kenang Masa Perjuangan di Pilkada 2017: Kami Selalu Ditempatkan Posisi Terakhir Survei!

        Ia pun mengaku heran dengan apa yang disampaikan Megawati. Menurutnya, masih banyak hal yang bisa dijadikan conoth untuk menggambarkan hal buruk ketimbang Ibu-ibu pengajian.

        “Kenapa yang disoal Megawati Ibu-ibu pengajian? Kenapa bukan ibu-ibu yang TikTok-an, arisan sana-sini, belanja sana-sini? Kan itu yang jauh lebih berbahaya,” ujarnya.

        Menurut Saeful, ibu-ibu pengajian tak perlu disoal oleh Megawati karena memang sudah menjalani apa yang seharusnya dilakukan.

        Ibu-ibu pengajian menurut Saeful tidak berbahaya terlebih konteks yang dibawa oleh Megawati sedang membahas soal gizi anak.

        “Kalau ibu-ibu yang ngaji itu nggak ada bahayanya, justru baik,” tambahnya.

        Sebelumnya, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi ikut menyoroti kontroversi yang muncul akibat ucapan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tentang ibu-ibu pengajian. 

        Dalam pernyataannya, Wamenag memilih untuk berprasangka baik (husnudzon) terhadap ucapan Megawati dan menegaskan bahwa Megawati tidak melarang ibu-ibu untuk mengaji.

        Baca Juga: Ulah Megawati Nyinyir Ibu-ibu Pengajian Disebut Selaras dengan Kepala BPIP yang Sebut Agama Musuh Pancasila: 'Sangat Wajar'

        "Maksudnya beliau bukan melarang atau tidak senang dengan kegiatan pengajian tersebut, tetapi sebaiknya dalam mengatur waktunya harus lebih proporsional," kata Zainut kepada wartawan, Rabu (22/2/2023).

        Selain itu, Zainut juga mencoba mengurai maksud dari pernyataan Megawati. Menurutnya, maksud dari Megawati adalah agar para ibu-ibu dapat dapat mengevaluasi untuk lebih dapat mengatur waktu dalam mengurus anak.

        Baca Juga: Orang Ini Sebut Wajar GP Ansor-Banser Bereaksi Membubarkan Pengajian Hanan Attaki, Ternyata Oh Ternyata...

        "Jadi inti pesan yang beliau sampaikan adalah terkait dengan pengaturan waktu, bukan pada larangan mengikuti pengajian. Apa yang disampaikan oleh Ibu Megawati harusnya dipandang sebagai sebuah kritik yang konstruktif, dan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap praktik pengajian yang selama ini berlangsung" lanjutnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: