Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Buzzer Auto Pensiun Dini! Kesaksian Pak Pendeta Soal Anies Baswedan Mencengangkan: Anies Itu Sangat...

        Buzzer Auto Pensiun Dini! Kesaksian Pak Pendeta Soal Anies Baswedan Mencengangkan: Anies Itu Sangat... Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saat mulai menjabat, menjabat, bahkan selesai menjabat, sosok Anies Baswedan kerap kali oleh kubu pembencinya yang kerap disebut buzzer dinarasikan sebagai pemimpin intoleran dsj. Satu yang cukup melegenda adalah tudingan Anies Baswedan bakal jadikan Jakarta seperti Suriah ketika memimpin Jakarta.

        Hal berbeda justru datang dari sosok Pemuka Agama Kristen yakni Pendeta Shepard Supit. Pendeta Supit mengaku sudah mengenal lama sosok Anies Baswedan. Ia menegaskan bahwa Anies adalah sosok yang moderat dan jauh dari kesan yang selama ini digambarkan sejumlah pihak.

        “Saya sudah tahu dengan keberadaan Pak Anies sejak beliau rektor dan program Indonesia mengajar... di situ saya mengenal dan sudah berdiskusi dan saya sudah dapat satu pemahaman bahwa Anies seorang yang sangat moderat,” ujar Pendeta Supit saat bincang bersama pemerhati pendidikan, Indra Charismiadji di kanal Youtube LAMAN TV, dikutip Selasa (7/3/23).

        Baca Juga: Warga Jakarta Keturunan Tionghoa Tak Setuju Anies Baswedan Disebut Pemimpin Intoleran, Alasannya Bisa Bikin Buzzer Kelojotan!

        “Dia cendikiawan, intelektual, rendah hati, dan bersahaja,” tambahnya.

        Pendeta Supit yang juga diminta Anies untuk masuk dalam tim Anies yang disebut Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) menguak lagi nilai-nilai moderat yang Anies terapkan selama memimpin Jakarta.

        Salah satu contohnya adalah selain dirinya yang ikut bergabung ke TGUPP, direktur operasional pun menurut Pendeta Supit juga merupakan seorang non muslim.

        “Direktur Operasional juga bukan muslim, justru orang Katolik dan saya masih pendeta resmi yang menjalankan tugas, diangkat oleh pak Anies dalam tim sebagai senior advisor,” jelasnya.

        Baca Juga: Tak Mau yang Lain, Warga Jawa Tengah Eks Kader PDIP Pilih Dukung Anies Baswedan Jadi Presiden, Alasannya Mencengangkan! Ternyata...

        Menurut Pendeta Supit, fakta tersebut merupakan bantahan mutlak yang menyebut Anies intoleran dan hanya memilih satu orang-orang yang satu agama saja dengannya.

        “Saya bangga, ini saja sudah membuktikan stigma beliau memilih orang yang seagama saja sudah terbantahkan. Kami tim yang bisa akses langsung dengan beliau berasal dari berbagai latar belakang,” ungkapnya.

        Pendeta Supit pun menegaskan TGUPP merupakan tim nyata yang bekerja bukan sekadar mencari proyek semata.

        Tudingan memperkaya diri lewat TGUPP pun menurut Pendeta Supit sangatlah keliru.

        “Nggak ada sama sekali, kita tidak memperkaya diri. Itu teman-teman ada yang naik motor, rata-rata teman-teman naik Transjakarta. Apa lagi Pak Anies sendiri hidup sangat sederhana dan bersahaja. Peluang untuk memperkaya diri ada, tapi kami tidak mau gunakan, TGUPP tidak ada main-main seperti itu,” tegasnya.

        Sebagai seorang pendeta, Pendeta Supit pun membagikan kisah bagaimana Anies memperjuangkan pembangunan gereja yang ditolak warga.

        Pendeta Supit mengungkapkan Anies turun langsung berdialog dengan masyarakat sehingga IMB dan pembangunan gereja bisa terlaksana.

        “Singkat cerita, dia turun langsung dan reda yang menjadi ganjalan-ganjalan bisa terhubungkan lagi. Pak Anies seorang Gubernur dia turun tak sekadar wacana... dia berdialog dan terjadilah kesepakatan, akhirnya kami balik dan memberikan itu IMB ke Gereja GPIB Pelita yang 40 tahun tak dapat izin,” jelasnya.

        “Saya kalau bicara ini emosional juga, terharu karena saat itu pendeta dan majelis nangis semua, mereka tidak menduga dan kaget,” tambahnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: