Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ramadan Bawa Keberkahan, Grant Thornton Prediksi Sektor Saham, Moncer!

        Ramadan Bawa Keberkahan, Grant Thornton Prediksi Sektor Saham, Moncer! Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bulan Ramadhan akan kembali tiba pada paruh kedua Maret 2023. Momentum ini biasanya mengungkit kinerja beberapa sektor saham. Meski situasi pasar saham masih berfluktuasi kencang, tapi fundamental ekonomi Indonesia diyakini dalam kondisi solid dengan tingkat konsumsi masyarakat yang masih terjaga. 

        Untuk mendorong kenaikan sektor barang konsumsi tentunya perlu didukung kondisi makro ekonomi yang stabil, lalu bagaimana dengan kondisi makro ekonomi pada bulan puasa dan lebaran tahun ini?

        Baca Juga: Gelontorkan Rp103,11 Miliar, Paraga Artamida Angkut 95,92 Juta Lembar Saham BSD

        Ciwi Paino, Assurance & Advisory Partner Grant Thornton Indonesia menyatakan bahwa kondisi makro ekonomi pada bulan Ramadhan tahun ini lebih baik, “Secara historis, konsumsi rumah tangga akan meningkat menjelang hari raya keagamaan terutama Lebaran yang akan berlangsung April nanti. Tahun 2023 merupakan fase transisi dari pandemi Covid-19 menuju normal baru. Mobilitas masyarakat meningkat sehingga roda bisnis ekonomi dapat berjalan optimal, termasuk konsumsi masyarakat.”

        Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9% year on year (YoY) pada tahun 2022, hal ini juga dipicu oleh meningkatnya pendapatan masyarakat yang tercermin dari kenaikan PPh Pasal 21 sebesar 18,4%. Adapun pada awal tahun ini, menurut survei Bank Indonesia, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini juga terpantau solid, tumbuh 112,4 terdorong dari Indeks Penghasilan yang meningkat ke level 118,5.  

        “Memasuki bulan Ramadhan, saham - saham ritel dan konsumsi kerap menjadi favorit. Prospek sektor konsumsi terdongkrak oleh pemulihan aktivitas masyarakat sehingga mendukung tren penjualan di 2023. Hal ini didukung oleh meningkatnya belanja dan konsumsi masyarakat yang juga memperoleh pendapatan tambahan dalam bentuk Tunjangan Hari Raya (THR) atau gaji ke-13”, ungkap Ciwi.

        Berdasarkan data Mirae Asset Sekuritas, tercatat 3 indeks sektor saham yang mencatatkan kenaikan. Ketiga indeks sektoral itu ialah, sektor konsumer primer, sektor teknologi, serta sektor transportasi dan logistik. Indeks - indeks itu mencatatkan kinerja yang lebih baik ketimbang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 1,32 persen secara year to date

        Baca Juga: Dipicu KTP Jokowi atau IMB Anies Baswedan, Beginilah Asal Muasal Sengketa Plumpang

        Tercatat indeks sektor transportasi dan logistik mencatatkan kenaikan paling tinggi, yakni sebesar 7,8%. Sementara itu, sektor teknologi mencatatkan kenaikan sebesar 4,5% dan sektor konsumer primer naik 1,6%. 

        Ciwi Paino mengatakan, “Pasar saham Indonesia mencatat kinerja yang baik di 2022, mengungguli kinerja pasar saham di kawasan ASEAN lainnya, yang juga didukung stabilitas kondisi makro ekonomi domestik. Momentum hari raya ini dapat dimanfaatkan para investor untuk mulai bersiap - siap mengoleksi secara bertahap beberapa saham - saham unggulan di bulan Ramadhan”.

        Baca Juga: Bola Panas Anies Baswedan Membuat Empat Menkonya Jokowi Disorot Tajam, Siapa Pengkhianat Konstitusi?

        “Investor bisa mencermati saham yang biasa berpotensi menghasilkan profit selama Ramadhan seperti saham emiten ritel dan juga konsumen. Tidak hanya itu, ada dua sektor lain yang berpeluang membukukan kinerja cemerlang seperti sektor transportasi dan sektor infrastruktur ,” lanjut Ciwi. 

        Baca Juga: Kebijakan Jokowi hingga Efek Januari, Grant Thornton Bagikan Tips Maksimalkan Cuan di Pasar Saham

        “Volatilitas pasar diperkirakan tetap tinggi karena pasar masih akan terus memperhatikan arah kebijakan suku bunga dan juga seberapa dalam pelemahan ekonomi yang dapat terjadi di 2023. Oleh karena itu, kami menyarankan bahwa setiap keputusan investasi haruslah memperhatikan dan evaluasi informasi perkembangan terakhir dari industri dan emiten yang ditargetkan, tidak didasarkan pada tren yang pernah terjadi dimasa lalu, karena setiap hari bisa saja ada perkembangan dunia usaha di level nasional maupun global yang bisa mempengaruhi kinerja dari emiten tersebut,” tutup Ciwi. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: