Pakar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Juwari mengatakan, jarak buffer zone dengan standar internasional di luar negeri bisa menjadi contoh bagi objek vital nasional (Obvitnas) di Tanah Air. Dalam hal ini, jarak buffer zone berstandar internasional tersebut cukup jauh dan steril dari permukiman penduduk.
“Buffer zone sangat dibutuhkan untuk mencegah bahaya sampai ke masyarakat. Untuk itu, kondisi buffer zone pada industri di negara maju yang jauh dari permukiman, patut dicontoh di Indonesia,” kata Juwari kepada media hari ini.
Terkait hal itu pula, Juwari mengingatkan, bahwa keberadaan buffer zone memang sangat penting di semua Obvitnas. Terutama bagi industri atau Obvitnas yang memiliki potensi bahaya, seperti kebakaran, ledakan, dan kebocoran bahan beracun.
Baca Juga: Pertamina Sampaikan Pentingnya Buffer Zone demi Keselamatan Warga
Hanya saja, lanjutnya, sebenarnya belum ada ketentuan baku mengenai jarak buffer zone. Jarak tersebut sangat tergantung dari masing-masing potensi bahaya dari industri atau Obvitnas.
Sebagai ilustrasi, Juwari mencontohkan dua industri atau Obvitnas yang sama, yakni bahan kimia. Meski sama-sama bahan kimia, ternyata ada perbedaan mengenai jarak buffer zone ideal. Yakni, antara bahan kimia beracun dan bahan kimia yang ‘hanya’ mudah terbakar dan meledak.
“Bahan kimia beracun membutuhkan buffer zone lebih jauh dibandingkan yang ‘hanya’ mudah terbakar dan meledak. Hal ini untuk mengantisipasi, jika terjadi kebocoran, agar tidak mengalir dan terbawa angin karena bisa meracuni warga. Sedangkan yang ‘hanya’ berpotensi meledak, buffer zone dibutuhkan untuk mencegah dari dampak ledakan saja,” urainya.
Tetapi itu tadi, kata dia, merujuk pada buffer zone berstandar internasional di luar negeri, dimana steril dari penduduk tentu bisa dijadikan contoh. “Karena jika sangat dekat, penduduk pasti akan merasa terganggu. Apalagi bahaya fisika seperti kebisingan, getaran dan limbah industri yang perlu diolah sebelum dibuang ke lingkungan,’’ kata Juwari.
Baca Juga: Pengamat Sebut Buffer Zone TBBM Plumpang Harusnya Bebas dari Permukiman
Untuk itu pula, Juwari menilai positif jarak buffer zone di berbagai industri pupuk. Petrokimia Gresik misalnya yang berjarak 250-310 meter dari permukiman terdekat. Begitu pula dengan Pupuk Sriwijaya Palembang, yang berjarak 400 meter dari permukiman warga. Bahkan Pupuk Kaltim, yang memiliki buffer zone hingga 800 meter dari permukiman. Karena semakin jauh, jelas Juwari, akan semakin baik mengantisipasi timbulnya potensi bahaya kebocoran, ledakan, dan kebakaran.
Di sisi lain, Juwari juga menilai positif rencana Pertamina membangun kanal air di sekitar buffer zone. “Rencana ini sangat baik dan tentu perlu dukungan semua pihak demi keselamatan semua,’’ kata dia.
Mengenai kondisi buffer zone dengan standar internasional, sebelumnya memang mengemuka pada Indonesia Iso Expert Association (IIEA) Forum Discussion, 9 Maret 2023. Pada forum tersebut disampaikan, bahwa tidak ada masyarakat bermukim di Terminal BBM di negara maju.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: