PDIP angkat suara soal wacana pembentukan koalisi besar yang menggabungkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Indonesia Raya (KIR) di Pilpres. Kandang Banteng yakin tidak akan ditinggal sendirian di Pilpres.
Pertemuan elit parpol koalisi pemerintah di acara silaturahmi Ramadan di DPP PAN bersama Presiden Jokowi semakin memperkuat terciptanya koalisi besar.
Pada acara itu hadir Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua PKB Muhaimin Iskandar, dan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono.
Sementara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri absen karena sedang berada di Jepang. Sedangkan Ketua Umum NasDem Surya Paloh menurut pengakuan Wakil Ketua Umum PAN Yandri Susanto memang tidak diundang.
Pada kesempatan itu, Ketua Umm Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku sudah ada kesepakatan soal wacana koalisi besar untuk menggabungkan KIB dan KIR. Menurut Prabowo, antara KIR yang beranggotakan Gerindra-PKB dan KIB yang berisi PAN-Golkar-PPP memiliki frekuensi yang sama.
Selain itu, menurut Prabowo koalisi besar juga sejalan dengan Jokowi. “Kita sudah masuk timnya Pak Jokowi sebetulnya sekarang. Ya kan?” ujar Prabowo.
Ketua DPP PDIP Said Abdullah haqul yakin, partainya tidak akan dibiarkan sendiri oleh partai politik pendukung Pemerintah yang menggagas dibentuknya koalisi besar.
Said mengatakan, partainya melihat positif atas pertemuan Jokowi dan lima ketum parpol. Dia menyebut tak ada alasan bagi partainya untuk bersikap pesimis.
"Pertemuannya positif, kami (PDIP) tidak hadir karena memang tidak di tempat dan itu diumumkan oleh ketua umum,” tukas Ketua Banggar DPR tersebut.
Senada dikatakan Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko. Kata dia, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri bakal menjadi tuan rumah pertemuan elit parpol pendukung Pemerintah.
Menurut dia, Mega sudah bertemu dengan Jokowi pada pertengahan Maret lalu, atau sebelum pertemuan ketum parpol di PAN.
"Salah satu agendanya adalah berbicara tentang Pemilu dan Pilpres 2024 serta masa depan keberlangsungan program-program Pak Jokowi serta visi Bung Karno untuk masa depan Indonesia. Dan itu adalah visi besar,” ujarnya di akun Twitternya.
Sehingga, menurut aktivis 98 tersebut, Mega akan menyambut positif pertemuan ketum parpol dengan Jokowi di DPP PAN kemarin.
"Nggak mungkin Bu Mega tak mengajak kekuatan-kekuatan nasionalis dan religius ke depan, pasti Bu Mega menyambut positif pertemuan-pertemuan semacam itu. Karena Bu Mega sedang ada kunjungan ke Jepang lah, beliau tak hadir,” imbuh dia.
Terpisah, Ketua DPP PPP Achmad Baidowi menegaskan, koalisi besar baru sekadar wacana. Bisa terbentuk, bisa juga tidak.
"Yang jelas berkoalisi itu kalau saling bertemu maka itu kan saling memberikan pemahaman yang sama. Itu kan bagus untuk pembangunan demokrasi kita,” ucap Awiek, sapaan akrab Achmad Baidowi, kemarin.
Lebih lanjut, Awiek menekankan tidak ada niatan koalisi besar meninggalkan PDIP. Lagipula, PDIP juga bisa mencalonkan sendiri tanpa harus berkoalisi.
"Kalaupun koalisi besar terbentuk, bukan berarti kita tinggalkan (PDIP), tapi kita tetap hormati PDIP yang bisa mencalonkan sendiri,” bebernya.
Senada, Juru Bicara PAN Valeryan Bramasta mengungkapkan, dalam berkoalisi itu mempertimbangkan ide serta tujuan apa yang ingin digagas dari setiap partai. Tentunya berkenaan untuk mensejahterakan masyarakat.
"Jadi rasanya kurang pas, bahasa saling meninggalkan koalisi. Yang ada adalah sepaham maupun tidak sepaham,” jelas Valen, kemarin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat