PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) melihat potensi yang besar pada proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur. Anak usaha PT Indosat Tbk (ISAT) itu pun mengintip peluang dari proyek yang diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp486 triliun itu.
“Karena kita melayani korporasi besar dan mereka akan pindah semua ke IKN, pastinya Lintasarta akan masuk kesana. Kita terus berkoordinasi. Kapan waktunya kita siap saja,” Kata Marketing General Manager Lintasarta Dody Indrawijaya di Jakarta, kemarin.
Doddy mengatakan tren teknologi komunikasi dan informasi (ICT) di Indonesia tahun ini didominasi oleh cloud dan cyber security. Maka, selain menjalankan berbagai inisiatif yang relevan, perusahaan akan fokus pada pengembangan cloud dan cyber security.
“Tantangan ke depan adalah dari sisi bagaimana menjaga kepercayaan yang diberikan pelanggan. Cloud ibaratnya penitipan anaksedangkan security bagaimana menjaga kepercayaan itu,”Ucapnya.
Ia menambahkan berdasarkan laporan hasil survei terbaru IDC Indonesia menunjukkan, pasar industri cloud di Indonesia sebesar Rp 16 triliun. Angka tersebut tumbuh sebesar 25,82 persen dibandingkan 2022. Berdasarkan data tersebut, kata dia, segmen industri yang paling banyak menggunakan cloud yaitu segmen finance seperti bank dan nonbank, supply chain, serta telekomunikasi.
"Dengan meningkatnya digital transformasi, maka kebutuhan infrastruktur cloud meningkat, sehingga kami melihat pangsa pasar cloud tahun ini masih sangat potensial untuk digarap,” tegasnya. Ia melanjutkan, melalui produk Cloudeka, Lintasarta menawarkan berbagai solusi cloud karya anak bangsa yang dikembangkan dengan mitra teknologi ternama.
Itu bertujuan menghadirkan layanan cloud yang aman, mudah, serta hemat biaya tanpa perlu membangun infrastruktur teknologi dan informasi (TI) sendiri. Selain cloud, lanjutnya, cyber security juga menjadi tren yang diperkirakan akan semakin diminati tahun ini. Studi IDC Indonesia menunjukkan, pasar industrinya di Indonesia sebesar Rp 2,3 triliun.
Angka tersebut tumbuh 18,62% dibandingkan 2022. Ini dikarenakan potensi pasar yang meningkat dan semakin canggihnya ancaman siber. Berbagai skala perusahaan serta institusi mulai memprioritaskan cyber security pada sistemnya guna menjaga kelangsungan bisnis dan operasional harian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: