Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Bapok Stabil, Arsjad Rasjid Optimistis Ketersediaan Pangan Jelang Lebaran 2023 Aman

        Harga Bapok Stabil, Arsjad Rasjid Optimistis Ketersediaan Pangan Jelang Lebaran 2023 Aman Kredit Foto: ASEAN Business Advisory Council
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum Kadin Indonesia dan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) melihat bahwa beberapa harga bahan pokok masih relatif stabil menjelang lebaran. Pada Maret 2023, inflasi bahan makanan mengalami penurunan menjadi 5,72% dari yang sebelumnya 7,39% pada Februari 2023.

        Arsjad berpandangan bahwa ini merupakan keberhasilan pemerintah dalam mengatasi inflasi kebutuhan pokok yang biasanya terjadi menjelang ramadan dan lebaran Idulfitri.

        "Kami sangat mengapresiasi langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dalam menangani inflasi kebutuhan pokok menjelang lebaran," kata Arsjad dalam keterangan pers, Jumat (14/4/2023).

        Arsjad Rasjid juga menyampaikan bahwa harga bahan pokok masih relatif stabil dan diharapkan akan terus stabil menjelang lebaran 2023.

        "Presiden Joko Widodo dan Menteri Perdagangan sudah melakukan pengecekan secara langsung di pasar dan harga bahan pokok memang masih dalam kondisi stabil," ujar Arsjad.

        Baca Juga: Mentan SYL Dorong Mahasiswa Polbangtan Jadi Pionir dan Champion Pertanian Indonesia

        Arsjad juga mengingatkan para pelaku ekonomi di sektor usaha mengenai adanya kenaikan permintaan pada sektor usaha makanan dan minuman menjelang lebaran.

        “Sektor makanan minuman permintaannya akan cenderung naik. Untuk itu, dunia usaha yang bergerak pada sektor ini perlu menjamin ketersediaan produk dengan melakukan pendistribusian ke seluruh wilayah secara merata," tambah Arsjad.

        Lebih lanjut, Arsjad Rasjid mengaitkan upaya pemerintah dalam menangani inflasi dan ketersediaan kebutuhan pokok dengan konsep ketahanan pangan yang sedang digaungkan oleh ASEAN-BAC.

        "Upaya pemerintah dalam menangani inflasi dan ketersediaan kebutuhan pokok merupakan salah satu prioritas yang kami bawa dalam isu ketahanan pangan dalam ASEAN-BAC," ujar Arsjad.

        Baca Juga: NTP Maret Meningkat, Kementan Ungkap 3 Subsektor Pertanian Ini yang Jadi Kuncinya

        Sebagai Ketua ASEAN-BAC tahun ini, Indonesia ingin memperkuat kerja sama antarnegara ASEAN dalam hal peningkatan produktivitas berbagai bahan alternatif pangan, seperti sorgum, padi, jagung, kedelai, dan komoditas lainnya untuk memastikan ketersediaan pangan. Ketahanan pangan dianggap tidak aman ketika pasokan pangan tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan masyarakat. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi dan inflasi yang tinggi.

        Penyebab terjadinya krisis pangan ada bermacam-macam, seperti perlambatan produksi pangan dan faktor alami seperti situasi iklim, dan tantangan geopolitik, seperti konflik politik, perang, embargo atau sanksi perdagangan antarnegara yang dapat mengganggu pasokan pangan serta infrastruktur yang terkait dengan produksi dan distribusi pangan.

        ASEAN-BAC mendukung ASEAN Integrated Food Security Framework (AIFS) yang lebih diperkuat melalui dorongan strategis 2021--2025 untuk mempromosikan pasar makanan yang kondusif dan perdagangan dengan fokus yang lebih besar pada UMKM dan teknologi pertanian.

        Baca Juga: Mengancam Ketahanan Pangan, Alih Fungsi Lahan Pertanian Harus Dihentikan

        Arif Rachmat, selaku ASEAN-BAC Food Security Policy Manager dan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pertanian menyatakan bahwa ASEAN-BAC ingin mendorong peran sektor swasta dan pemangku kepentingan lain untuk pemberdayaan petani melalui kemitraan di ASEAN.

        “Untuk Indonesia sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kami ingin mengembangkan produk pertanian sesuai dengan spatial advantages wilayah di Indonesia. Pengembangan ini kami lakukan dengan model Inclusive Closed-Loop, yaitu ekosistem melalui peran multipihak yang membantu petani dalam mendapatkan akses yang dibutuhkan,” ujar Arif.

        ASEAN-BAC pada tahun ini membawa program Inclusive Closed-Loop Model untuk produk pertanian. Di Indonesia, program ini telah diimplementasikan di beberapa tempat dan komoditas, salah satunya di Garut. Petani hortikultura di satu koperasi mampu mencapai total produktivitas panen hortikultura sebesar 35,9 ribu kilogram per hektar, meningkat produktivitas sekitar 12--15% melalui model ini.

        Baca Juga: Tak Hanya Nikel dan Batu Bara, Jokowi Tegaskan Hilirisasi Diperluas ke Sektor Pertanian dan Perikanan

        “Model ini ingin akan kita integrasikan di seluruh ASEAN. Negara seperti Filipina telah menerapkan model yang sama untuk mentransformasi pertanian pada komoditas pertanian primer seperti padi, kelapa, tembakau, kopi, kakao, tebu, dan lainnya dalam program Kapatid Angat Lahat Agri Program (KALAP). Bayangkan jika seluruh ASEAN mampu mengadopsi model pertanian seperti ini,” tutup Arif.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rena Laila Wuri
        Editor: Yohanna Valerie Immanuella

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: