Ini Harapan yang Disampaikan Presiden Brasil di Depan Xi Jinping
Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva bertemu secara langsung dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat (15/4/2023).
Hasil dari kunjungan ke China ini menunjukan harapan bantu menghidupkan kembali sektor industri negara Amerika Selatan yang ditinggalkan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Kapal Perang Amerika Berlayar Lewati Selat Taiwan, Awas China Bisa-bisa Murka
Setelah Lula bertemu Xi, Menteri Keuangan Brasil Fernando Haddad mengatakan, kedua negara sedang merencanakan lompatan ke depan dalam hubungannya.
“Presiden Lula menginginkan kebijakan reindustrialisasi. Kunjungan ini memulai tantangan baru bagi Brasil: membawa investasi langsung dari China,” kata Haddad.
Haddad menyatakan, Brasil juga menginginkan ikatan yang kuat dengan AS. Namun dia mencatat dengan penyesalan bahwa baru-baru ini beberapa perusahaan dari Washington membuat keputusan untuk meninggalkan Brasilia.
Lembaga statistik nasional Brasil mengatakan pada Juli 2022, negara itu telah kehilangan sejuta pekerjaan industri selama dekade sebelumnya, turun 11,6 persen.
Lembaga tersebut mengatakan pada 2021, sektor industri negara tersebut mewakili 18,9 persen dari PDB Brasil, turun dari 38 persen tiga dekade sebelumnya.
Lula dan Xi mengawasi penandatanganan perjanjian di 15 bidang, mulai dari pertanian hingga penerbangan, yang menggarisbawahi peningkatan hubungan sejak Lula mengambil alih pada bulan Januari.
“Sebagai mitra strategis yang komprehensif, China dan Brasil memiliki kepentingan bersama yang luas,” kata Xi dalam keterangan yang diberikan Kementerian Luar Negeri China..
"CHina ... melihat hubungan itu sebagai prioritas tinggi dalam agenda diplomatiknya," ujar Xi.
Lula mengatakan sebelum meninggalkan China pada Sabtu (15/4/2023) pagi, bahwa hubungan Brasil dengan raksasa Asia itu melampaui fase ekspor komoditas. Dia menyatakan, telah mengunjungi kantor pusat perusahaan telekomunikasi China Huawei karena perlu mempromosikan revolusi digital di negaranya.
Selama bertahun-tahun, Brasil menjadi pengekspor bahan mentah yang besar dan China telah mengkonsumsinya. Beijing mengambil alih Washington sebagai pasar ekspor terbesar Brasilia pada 2009. Setiap tahun, China membeli puluhan miliar dolar kedelai, daging sapi, bijih besi, unggas, pulp, tebu, kapas, dan minyak mentah.
Menurut media China, Brasil sudah menjadi penerima terbesar investasi China di Amerika Latin. Lula tidak hanya menginginkan lebih banyak investasi, dia juga mencari kemitraan yang menantang hegemoni institusi ekonomi dan geopolitik yang didominasi Barat, termasuk diplomasi atas perang di Ukraina.
Kunjungan Lula termasuk pengambilan sumpah mantan Presiden Brasil Dilma Rousseff sebagai kepala New Development Bank yang didukung China. Penetapan ini mendanai proyek infrastruktur di Brasil dan di tempat lain di negara berkembang.
New Development Bank menggambarkan dirinya sebagai alternatif dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Kedua lembaga keuangan itu dinilai sering memaksakan kondisi pinjaman yang dikritik oleh negara berkembang sebagai hukuman.
Tapi putra mantan presiden dan anggota senator Brasil Flavio Bolsonaro mengkritik Lula karena merasa nyaman dengan China.
“Satu-satunya hal yang hilang adalah mengobarkan perang langsung ke Amerika Serikat ... Lula sedang berjalan di jalur berbahaya bersama kediktatoran dan musuh demokrasi, seperti Venezuela, Kuba, dan Nikaragua,” kata Bolsonaro di media sosialnya.
Tapi, perjalanan Lula ke Washington pada Februari lalu nyatanya tidak membuahkan hasil bagi Brasil. Dia dan Presiden AS Joe Biden menekankan pentingnya mempertahankan demokrasi dan melestarikan hutan hujan Amazon. Namun, perjalanan itu tidak menghasilkan janji keuangan yang diharapkan untuk Dana Amazon Brasil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: