Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perencanaan LRT Kurang Mendalam Timbulkan Persoalan

        Perencanaan LRT Kurang Mendalam Timbulkan Persoalan Kredit Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kemacetan parah di daerah Jabodetabek telah lama jadi momok bagi warga dan pekerja di daerah tersebut. Oleh sebab itu, kedatangan LRT Jabodebek diharapkan jadi udara segar, mengurangi polusi udara serta pemecahan untuk kemacetan yang telah jadi bagian dari keseharian warga.

        Tidak hanya itu, dengan teknologi serta sistem transportasi modern, LRT diharapkan sanggup tingkatkan mobilitas warga serta menunjang perkembangan ekonomi di daerah metropolitan ini.

        Namun, walaupun hadir dengan harapan tinggi, beberapa isu kontroversial timbul begitu LRT Jabodebek mulai beroperasi. Isu- isu tersebut pasti jadi atensi publik serta pengaruhi anggapan warga terhadap transportasi massal yang sejatinya diharapkan dapat menanggulangi kasus transportasi di Jabodetabek.

        Baca Juga: LRT Jabodebek Diprotes Anggota Komisi V Fraksi Gerindra Tak Sampai Bogor, Menhub Buka Suara!

        Permasalahan dan Keluhan Warga Harus Diperhatikan

        Salah satu sorotan terbesar yang muncul adalah desain pintu kereta LRT Jabodebek yang dinilai terlalu rendah. Desain pintu ini, meskipun didasarkan pada data statistik tinggi rata-rata penduduk Indonesia, seharusnya dipikirkan dengan lebih inklusif.

        Pertama, ada banyak warga Indonesia yang memiliki tinggi di atas rata-rata dan tentunya merasa tidak nyaman dengan pintu rendah tersebut. Kedua, bagi warga negara asing yang tinggal atau berkunjung ke Jakarta, ini bisa menjadi hambatan dan menimbulkan ketidaknyamanan. Beberapa dari mereka mungkin harus membungkuk atau bersandar saat masuk, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Humas LRT Jabodebek.

        Lebih jauh lagi, bagi mereka yang memiliki claustrophobia atau ketakutan terhadap ruang sempit, desain pintu yang rendah tentu menambah rasa cemas dan ketidaknyamanan. Bayangkan ketika mereka harus masuk melalui pintu yang rendah dan berada di dalam kereta yang mungkin penuh dengan penumpang lain. Ini tentu bukanlah pengalaman yang diharapkan dari transportasi massal modern.

        Selain masalah desain, muncul pula keluhan teknis lainnya yang menunjukkan bahwa LRT Jabodebek masih memiliki banyak ruang untuk perbaikan. Isu seperti pengereman yang kurang halus dan jarak antarkereta di stasiun yang kurang optimal, serta gangguan listrik yang terjadi hanya dalam tiga hari operasional, semuanya menunjukkan kebutuhan untuk peninjauan ulang dan evaluasi menyeluruh.

        Tentu saja, harapan masyarakat terhadap LRT bukan sekadar alat transportasi, melainkan sebuah solusi yang mampu memberikan kenyamanan, keamanan, dan efisiensi. Dengan begitu, mereka dapat mengandalkan LRT sebagai moda transportasi utama sehari-hari tanpa harus khawatir akan menghadapi berbagai masalah.

        Harga Tiket Tanpa Subsidi Masih Belum Menarik

        Harga tiket pula jadi salah satu aspek yang mendapat sorotan dari warga. Bersumber pada Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2023, harga tiket LRT Jabodebek diresmikan mulai dari Rp5.000 buat 1 kilometer (km) awal. Setelah itu, untuk tiap km selanjutnya, akan dikenakan tarif bonus sebesar Rp700. Ini berarti, misalnya, buat ekspedisi sepanjang 10 km, penumpang hendak dikenai tarif sebesar Rp11.300.

        Namun, sebagai bentuk promosi dan juga untuk merayakan HUT ke-78 RI, pihak LRT Jabodebek memberikan diskon tarif sebesar 78%, sehingga tarif menjadi flat sebesar Rp5.000 untuk seluruh lintas pelayanan. Diskon ini akan berlaku hingga akhir September 2023.

        Kemudian, untuk periode berikutnya, Kementerian Perhubungan juga menyiapkan skema tarif promo dengan harga maksimal Rp20.000 untuk jarak terjauh dan di bawah Rp20.000 untuk selain jarak terjauh, yang berlaku hingga akhir Februari 2024.

        Meskipun pada awalnya tarif ini terlihat kompetitif dan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat, kita perlu mempertimbangkan keberlanjutan tarif ini di masa depan, terutama setelah periode promosi berakhir. Ketika subsidi atau diskon sudah tidak ada, tentunya harga tiket yang semula terjangkau bisa menjadi beban bagi konsumen, terutama bagi mereka yang menggunakan LRT sebagai moda transportasi sehari-hari.

        Harga tiket yang meningkat tentu dapat mengurangi minat masyarakat untuk menggunakan LRT dan kembali beralih ke kendaraan pribadi, yang justru akan memperparah masalah kemacetan di Jabodetabek. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk memastikan bahwa tarif yang ditetapkan benar-benar sesuai dengan kemampuan masyarakat dan memberikan nilai yang sepadan dengan layanan yang diberikan.

        Rekomendasi

        Pertama serta yang sangat mendasar, pihak pengelola LRT Jabodebek wajib segera mengevaluasi serta merenovasi desain dan fitur-fitur yang dikeluhkan warga. Adalah penting untuk memahami bahwa meskipun berdasarkan data statistik, keputusan mengenai desain tidak hanya harus mempertimbangkan rata-rata, tetapi juga varian dari data tersebut. Dengan kata lain, desain pintu dan kereta harus mempertimbangkan keberagaman pengguna, termasuk warga negara asing dan individu dengan ketinggian di atas rata-rata.

        Selanjutnya, ada urgensi untuk meninjau ulang skema harga tiket setelah periode promosi berakhir. Pihak pengelola perlu mempertimbangkan skema subsidi berkelanjutan atau model pendanaan lain agar tiket tetap terjangkau bagi masyarakat luas, namun tetap memastikan operasional LRT berjalan efisien.

        Kemudian, mengingat masalah teknis yang muncul hanya dalam beberapa hari operasional, ada kebutuhan untuk meningkatkan pemeliharaan rutin dan pelatihan bagi staf, terutama dalam penanganan situasi darurat. Ini akan memastikan bahwa gangguan operasional dapat diminimalkan dan, ketika terjadi, dapat ditangani dengan cepat dan efisien.

        Terakhir, pihak pengelola juga perlu memperkuat komunikasi dan keterbukaan informasi kepada publik. Mengadakan sesi tanya jawab reguler atau forum diskusi dengan masyarakat akan membantu mendapatkan masukan langsung dari pengguna dan meningkatkan kepercayaan publik.

        Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam evaluasi dan perbaikan layanan, LRT Jabodebek tidak hanya akan memenuhi kebutuhan transportasi, tetapi juga menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat yang dilayani.

        Pengelolaan LRT Jabodebek menunjukkan betapa pentingnya merespons kebutuhan serta harapan warga dalam penyediaan layanan transportasi massal. Meskipun ada niat baik dalam memberikan solusi transportasi di wilayah Jabodetabek, sebagian aspek desain serta teknis membutuhkan penilaian mendalam serta revisi.

        Tarif tiket, walaupun awal mulanya nampak kompetitif, butuh pertimbangan jangka panjang buat menjamin aksesibilitas bagi semua lapisan masyarakat. Dalam mewujudkan transportasi massal yang inklusif, efisien, dan terjangkau, keterlibatan masyarakat dan transparansi dari pihak pengelola menjadi kunci. Semoga LRT Jabodebek dapat terus memperbaiki diri dan menjadi contoh positif bagi sistem transportasi lainnya di Indonesia.

        Baca Juga: Usai Diresmikan Jokowi pada 28 Agustus, LRT Jabodebek Telah Layani 28.925 Penumpang

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: