Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Di Masa Depan Tenaga Medis di Desa Terpencil Bisa Deteksi Tumor Otak Dalam Hitungan Detik Pakai AI

        Di Masa Depan Tenaga Medis di Desa Terpencil Bisa Deteksi Tumor Otak Dalam Hitungan Detik Pakai AI Kredit Foto: Unsplash/National Cancer Institute
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Hanung Adi Nugroho mengatakan pemanfaatan kecerdasan buatan atau "artificial intelligence" (AI) berpeluang membantu dokter dalam menegakkan diagnosis suatu penyakit pada pasien secara lebih cepat dan akurat.

        "Dengan bantuan teknologi AI, seorang dokter ahli dapat melakukan ini dengan lebih cepat, akurat, dan efisien," kata Hanung.

        Hanung menerangkan, kecerdasan buatan dan teknik biomedis adalah dua bidang yang berkembang pesat dan memiliki potensi revolusioner dalam mentransformasi pelayanan kesehatan.

        Menurut dia, AI kini mampu menganalisis citra medis yang dihasilkan oleh peralatan, seperti sinar-X, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), ultrasonography (USG), dan fundus camera dengan kecepatan dan akurasi yang mengesankan bahkan seringkali mengidentifikasi pola yang mungkin luput dari pandangan manusia.

        Integrasi antara AI dan teknik biomedis, kata dia, membuka jalan bagi inovasi yang bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan serta berpotensi memperbaiki pencegahan, diagnosis, hingga terapi penyakit.

        "Misalnya, AI dapat membantu mendeteksi tumor atau kelainan lainnya yang mungkin sulit dilihat oleh mata manusia," katanya.

        Menurut Hanung, di masa depan seorang tenaga medis di sebuah desa terpencil di suatu kepulauan terpencil di Indonesia memungkinkan mendeteksi penyakit mata, tumor otak, demam berdarah hingga malaria dengan bantuan sebuah perangkat kecil dan dalam hitungan detik mendapatkan rekomendasi hasil diagnosis dari suatu algoritma yang akurat.

        "Hal ini terdengar seperti cerita fiksi ilmiah. Namun, apa yang disebutkan tersebut bukanlah sekadar khayalan," katanya.ant

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: