Sebagai langkah konkret dalam mendukung pencapaian Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, PT PLN (Persero) membuktikan komitmennya melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata. Sebagai PLTS terbesar di Asia Tenggara, proyek ini tidak hanya menjadi etalase teknologi terbaru, tetapi juga menjadi harapan untuk transisi energi yang lebih cepat.
PLTS Terapung Cirata, hasil kolaborasi antara Indonesia dan Uni Emirat Arab, membuktikan diri sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) yang memiliki dampak besar dalam pengurangan emisi karbon. Dibangun di atas waduk Cirata seluas 200 hektare, PLTS ini memiliki kapasitas produksi energi hijau sebesar 192 Megawatt peak (MWp) yang mampu memasok listrik bagi 50 ribu rumah. Tak hanya itu, PLTS ini juga memperkirakan dapat mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan optimisme lebih lanjut, menyatakan bahwa kapasitas produksi PLTS Terapung Cirata bisa dioptimalkan hingga 1,2 Gigawatt peak (GWp) dengan memanfaatkan lebih banyak luas waduk Cirata. Pernyataan ini menunjukkan bahwa potensi energi terbarukan yang dapat dihasilkan dari proyek ini belum sepenuhnya dieksplorasi.
Penting untuk dicatat bahwa PLTS Terapung Cirata bukan hanya tentang pengurangan emisi karbon. Pemimpin proyek ini, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, menjelaskan bahwa PLTS ini merupakan langkah konkret dalam mendukung transisi energi di Indonesia. PLN berkomitmen untuk mempercepat transisi energi dengan meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) hingga 75% atau setara dengan 61 GW pada tahun 2040.
Salah satu aspek penting dari efektivitas PLTS Terapung Cirata adalah pengembangan green enabling transmission line dan smart grid. Dengan infrastruktur ini, PLN dapat menyuplai listrik dari sumber EBT yang terpisah dan terisolir menuju pusat demand listrik di perkotaan. Transformasi ini bukan hanya membawa manfaat lingkungan melalui pengurangan emisi karbon, tetapi juga mengoptimalkan distribusi energi yang lebih efisien.
Dalam konteks ekonomi, PLTS Terapung Cirata juga diharapkan dapat menjadi daya tarik industri untuk memproduksi bahan baku solar PV di dalam negeri. Menurut Menteri ESDM Arifin Tasrif, hal ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) di industri energi terbarukan, memberikan dampak positif pada ekonomi nasional.
PLTS Terapung Cirata bukan hanya sebuah pembangkit listrik, tetapi juga sebuah proyek ambisius yang mencerminkan perubahan paradigma dalam penyediaan energi. Kesuksesannya tidak hanya diukur dari kapasitas produksi atau pengurangan emisi karbon, tetapi juga dari dampak positif yang dihasilkan dalam mendorong inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja.
Dalam konteks global yang semakin sadar akan urgensi pelestarian lingkungan, PLTS Terapung Cirata menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk mengadopsi teknologi terbarukan dalam upaya mencapai tujuan Net Zero Emissions. Sebagai etalase percepatan transisi energi, PLTS Terapung Cirata memberikan contoh bahwa upaya konkret dan kolaboratif dapat membawa dampak positif yang besar bagi masa depan planet ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Amry Nur Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat