Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Survei EPI Center: Mayoritas Puas Akan Kinerja Jokowi, Keberlanjutan Tuai Efek Elektoral

        Survei EPI Center: Mayoritas Puas Akan Kinerja Jokowi, Keberlanjutan Tuai Efek Elektoral Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi menjelang pelaksanaan Pemilu 2024 mencapai titik yang sangat tinggi. Temuan survei Economics & Political Insight (EPI) Center menunjukkan sebanyak 80,3 persen publik yang puas dengan kinerja Jokowi.

        Di antaranya 9,3 persen bahkan menyatakan sangat puas terhadap kinerja Jokowi. Hanya ada 16,4 persen yang merasa tidak puas, termasuk 1,3 persen yang menyatakan tidak puas sama sekali. Sisanya 3,3 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab.

        Baca Juga: Soal Isu Mundurnya 15 Menteri Jokowi, Menkominfo: Kabitnet Indonesia Maju Tetap Solid

        Tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi memberikan efek elektoral bagi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang bakal berlaga pada pemilihan presiden 2024 mendatang.

        Pasangan capres-cawapres yang dinilai paling memiliki komitmen untuk melanjutkan program-program Jokowi mendapat insentif elektoral, dengan kemungkinan besar dipilih oleh mayoritas publik, selaras dengan kepuasan yang sangat tinggi.

        “Tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi yang mencapai 80,3 persen membuat pasangan capres-cawapres yang pro-keberlanjutan menuai efek elektoral,” ungkap peneliti EPI Center Mursalin di Jakarta pada Sabtu (20/1). 

        Menurut Mursalin, korelasi antara tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi dengan peta kontestasi Pilpres 2024 terlihat dari elektabilitas ketiga pasangan capres-cawapres yang tengah berlaga.

        “Meskipun tidak bisa dilihat secara hitam-putih, tetapi tampak jelas narasi keberlanjutan berhadapan dengan narasi perubahan mewarnai adu gagasan dari masing-masing kontestan Pilpres,” tandas Mursalin.

        Dilihat dari rekam jejaknya, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo berasal dari kubu yang paling kuat menggaungkan keberlanjutan program-program Jokowi. Sebaliknya, Anies Baswedan menjadi figur sentral oposisi yang terus menyuarakan perlunya perubahan.

        “Pada awalnya Jokowi menginginkan Prabowo dan Ganjar berduet demi memastikan arus keberlanjutan memenangkan pemilu pada 14 Februari 2024,” tegas Mursalin.

        Namun dinamika politik yang berkembang membuat kedua tokoh itu bersimpang jalan. Perpecahan mendalam yang terjadi antara Jokowi dengan kalangan elite PDIP membuat dukungan sang presiden bertumpu kepada Prabowo sepenuhnya. Sebaliknya, Ganjar yang kemudian diusung oleh PDIP justru malah gencar melontarkan kritik terhadap pemerintah.

        Prabowo maju berpasangan dengan putera sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang mengikuti jejak ayahnya menjabat walikota Solo.

        “Tampilnya Gibran pada arena Pilpres semakin memperkuat dukungan Jokowi kepada Prabowo,” jelas Mursalin.

        Baca Juga: Relawan Jokowi Bagi-bagi Makanan dan Susu Gratis Bagi Warga di Jaktim

        Pasangan Prabowo-Gibran didukung oleh hampir semua partai pendukung pemerintah, kecuali Demokrat yang berpindah koalisi. Sebelumnya Demokrat berniat mengusung pencapresan Anies, tetapi kecewa setelah tergusur dalam perebutan posisi cawapres.

        Sementara itu PDIP memilih Mahfud MD sebagai pasangan cawapres Ganjar, yang notabene menjabat Menko Polhukam pada kabinet Jokowi. Selain PDIP, pasangan Ganjar-Mahfud didukung oleh PPP yang memiliki wakil di Senayan, sisanya partai-partai non-parlemen.

        Peta yang paling rumit terjadi pada kubu Anies, di mana akhirnya Koalisi Perubahan yang mengusung justru memilih Muhaimin Iskandar sebagai cawapres. Cak Imin membawa gerbong PKB yang menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi.

        Baca Juga: Pakar Pertanian Apresiasi Kebijakan Pangan dan Pertanian di Era Jokowi

        Anies juga sejak awal didukung oleh Nasdem, partai yang juga anggota pemerintahan. Sejak Nasdem melontarkan isu pencapresan Anies, pertentangan terus mencuat di antara partai-partai pendukung pemerintah, disertai desakan agar menteri-menterinya mundur.

        Setelah Demokrat hengkang dari Koalisi Perubahan, tersisa PKS satu-satunya partai oposisi yang menjadi pendukung Anies-Cak Imin. “Pada akhirnya semua kubu diisi oleh aktor-aktor politik dari pemerintah, menjadikan oposisi sebagai kekuatan minoritas,” terang Mursalin.

        Dalam perkembangan selanjutnya, friksi pun terjadi di antara ketiga kubu. “Pada suatu kesempatan, Ganjar memberi nilai 5 soal penegakan hukum era Jokowi, sedangkan Mahfud yang notabene menjabat Menko Polhukam justru menilai skornya tertinggi,” lanjut Mursalin.

        Sementara itu Cak Imin yang ikut potong tumpeng di IKN Nusantara, balik badan menentang pembangunan IKN.

        “Cak Imin menggulirkan wacana membangun 40 kota setara Jakarta, tetapi diralat oleh Anies bahwa pembangunannya bukan dari nol,” kata Mursalin.

        Pasangan Prabowo-Gibran yang terlihat paling solid dalam membela keberlanjutan program-program Jokowi.

        “Dalam debat capres perdana, Prabowo tampil garang membela kebijakan Jokowi, seolah-olah Prabowo adalah capres petahana,” Mursalin menjelaskan.

        Hasilnya, Prabowo-Gibran menuai elektabilitas paling tinggi hingga berpeluang kuat memenangkan Pilpres dalam satu putaran. Ganjar-Mahfud harus memperebutkan sisa kue dari pemilih yang mendukung keberlanjutan, tetapi berbeda pilihan soal capres-cawapres.

        Ganjar-Mahfud yang menempatkan diri sebagai kritisi terhadap pemerintah harus bersaing dengan Anies-Cak Imin yang memang mendaku sebagai kubu perubahan.

        “Elektabilitas keduanya terpaut tipis, tetap berjarak sangat jauh dari Prabowo-Gibran,” pungkas Mursalin.

        Baca Juga: Menurut Survei Angka Kepuasan Publik Terhadap Kinerja Jokowi Masih Tinggi

        Survei Economics & Political Insight (EPI) Center dilakukan pada 9-15 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: