Pengamat Pasar Modal, Riska Afriani, meminta kepada masyarakat agar tidak terlalu khawatir perihal penurunan nilai tukar rupiah yang kian melemah. Pasalnya, menurut Riska, fundamenyal Indonesia masih cukup kuat dibuktikan dari neraca perdagangan, cadangan devisa dan inflasi yang masih dalam range Bank Indonesia (BI).
Di luar dari tren pelemahan rupiah, dirinya justru mengajak masyarakat agar bijak dan memanfaatkan momentum pelemahan untuk mengelola keuangan serta mulai berinvestasi secara legal dan sesuai dengan aturan pemerintah.
Masyarakat bisa memulai dengan cara mengurangi pengeluaran atau perilaku yang bersifat konsumtif dalam hal pengelolaan keuangan. Yang dimaksud perilaku konsumtif yakni perilaku atau gaya hidup individu yang senang membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan yang matang.
“Dalam kondisi ini masyarakat juga harus membuat perencanaan keuangan jangka pendek, menengah dan panjang,” ujar Riska dalam keterangannya, dikutip Warta Ekonomi, Jumat (28/6/2024).
Sementara itu, merencanakan tujuan jangka pendek ditujukan agar memenuhi kebutuhan mendesak seperti menabung untuk uang muka rumah dan membangun dana darurt. Biasanya, hal tersebut diperlukan waktu beberapa bulan atau beberapa tahun untuk mencapainya. Di sisi lain, diperlukan perencanaan yang ketat untuk memastikan dapat mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan tujuan jangka panjang yang dimaksud diperluas ke masa depan lima tahun atau lebih dan mencakup tujuan seperti menabung untuk masa pensiun atau mendanai pendidikan anak. Seringkali tujuan jangka panjang memerlukan pendekatan dan perencanaan yang tidak terlalu agresif dibandingkan tujuan jangka pendek. Pasalnya, tujuan jangka panjang dapat mencapai jangka waktu puluhan tahun.
Masyarakat juga perlu sekiranya melakukan hedging terhadap sejumlah asset yang terpengaruh terhadap penurunan nilai tukar. Hal ini dikarenakan semakin banyak transaksi dengan luar negeri, makin besar pula kemungkinan terpapar risiko kurs tukar mata uang asing.
“Terakhir penting juga adalah meminimalisir utang, jika ada uang lebih baiknya melakukan pelunasan utang yang sifatnya konsumtif untuk memitigasi potensi kenaikan suku bunga kredit,” ucap dia.
Masyarakat juga bisa memulai melakukan investasi saham selain mengelola keuangan. Hal ini dikarenakan, jika pelemahan kurs turut diikuti dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal, maka sebenarnya momentum tersebut merupakan momen yang tepat untuk berinvestasi karena harga insturmen investasinya menurun.
“Mengingat di tengah penurunan nilai tukar rupiah banyak saham yang memiliki kinerja bagus sedang terdiskon,” kata Riska.
Selain berinvestasi di bidang saham, Riska menyebut jika salah satu instrument yang bisa diandalkan adalah emas. Meskipun kurs rupiah melemah, harga emas tetap stabil. Namun, investasi emas termasuk investasi jangka panjang yang berarti baru bisa merasakan keuntungannya jika sudah berinvestasi di instrument ini lebih dari lima tahun.
Baca Juga: IHSG Jeda Siang Terpantau Makin Melesat, Ini 3 Saham Top Gainers!
“Bisa melakukan pembelian emas karena emas sebagai aset safe haven yang cenderung mengalami kenaikan di tengah ketidakpastian ekonomi global,” tutur Riska.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: