Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan lebih menguat dan stabil di masa mendatang. Hal ini ditengarai oleh suku bunga acuan AS Fed Fund Rate (FFR) yang sudah mencapai puncaknya sehingga berpotensi besar ada penurunan di tahun ini atau di tahun depan.
Ramdan Denny Prakoso, Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) BI, menceritakan bahwa sebelum Covid-19 FFR hanya berada di level 0,25%, namun pascacovid-19 hingga saat ini sudah berada di level 5,25%.
Baca Juga: Kabar Nilai Tukar Rupiah pada Awal Pekan: Terkoreksi atau Terapresiasi?
"0,25% ke 5,25% kalau itungan matematika itu kenaikannya 2000 persen. Nah itu sudah sampai peak-nya dan semua menyakini akan turun tapi kita tidak tahun kapan apakah tahun ini atau tahun depan," ujarnya saat Editor Briefing di Sumba, Nusa Tenggara Timur, Senin (22/7/2024).
Menurutnya, periode ini menyebabkan risk off dan negara-negara emerging market bakal ketiban aliran modal asing (capital inflow) yang lebih baik. Apalagi Indonesia memiliki Fundamental ekonomi yang ciamik. Hal ini terbukti dari cadangan devisa yang tinggi sebesar 140,2 miliar dolar AS per Juni 2024, Inflasi terkendali di level 2,51%, Neraca Pembayaran Indonesia yang tetap sehat dan perekonomian yang tumbuh positif di angka 5,1%.
"Dengan bacaan seperti ini potensi penguatan Rupiah akan sangat terbuka. FFR sudah mencapai peak-nya dan itu diikuti semua negara maju. dan kalau negara yang tidak punya fundamental ekonomi sebagus Indonesia itu tidak akan mendapatkan capital inflow," imbuhnya.
Baca Juga: Turun Tipis, Hari ini Rupiah Dibuka di Level Rp16.180 per dolar AS
Untuk diketahui, nilai tukar Rupiah pada Jumat (19/7/2024) dibuka pada level (bid) Rp16.180 per dolar AS, sedikit melemah bila dibandingkan posisi Kamis (18/7/2024) yang ditutup pada level (bid) Rp16.150 per dolar AS.
Bila dilihat lebih jauh, nilai tukar Rupiah melemah 4,84% (ytd) dari level akhir Desember 2023, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea masing-masing sebesar 5,14%, 5,44%, dan 7,03%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: