Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pertamina Pertimbangkan Avtur dari Minyak Jelantah

        Pertamina Pertimbangkan Avtur dari Minyak Jelantah Kredit Foto: Avtur
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Pertamina berencana memasifkan adopsi bioenergi di Indonesia melalui Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur. Hal ini bertujuan untuk menjawab tantangan transisi energi.

        SAF yang diproduksi oleh perusahaan plat merah tersebut saat ini masih menggunakan campuran dari minyak sawit murni. Padahal, ada beberapa opsi lain di luar minyak kelapa sawit untuk menjadi bahan baku dari bioavtur itu sendiri.

        Baca Juga: Tutup Gelaran Pertamina SMEXPO Bandung 2024, Pertamina Patra Niaga Regional JBB Sukses Bukukan Transaksi Ratusan Juta Rupiah

        Menurut SVP Business Development Pertamina, Wisnu Medan Santoso, bahan baku lain yang dapat dimanfaatkan adalah Used Cooking Oil (UCO) atau yang dikenal dengan minyak jelantah.

        "Saat ini ada beberapa alternatif yang coba kita pikirkan, memanfaatkan jaringan SPBU kita yang ada banyak di Indonesia dimana kita manfaatkan jadi sarana pengumpulan (minyak jelantah)," ucap Wisnu dalam sesi diskusi di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

        Selain itu, Wisnu menyebut jika Pertamina tengah mencari potensi lainnya seperti cangkang kelapa sawit atau POME. Akan tetapi, dia menilai jika pengumpulan cangkang kelapa sawit itu akan menjadi PR tersendiri.

        "Dari sisi pengumpulan, tidak seideal minyak jelantah itu," kata dia.

        Baca Juga: Pertamina Hulu Rokan Harap Penerima Beasiswa Prestasi 2024 Punya Daya Saing Tinggi di Dunia Kerja

        Pertamina juga sedang menjajaki potensi pemanfaatan kelapa tak layak konsumsi untuk diolah menjadi Crude Coconut Oil (CNO) sebagai bahan baku bioavtur.

        Perihal pemanfaatan CNO tersebut, dia menjelaskan jika tantangannya adalah ketersediaan stok. Dalam hal ini, dia mengatakan bahwa ketersediaan CNO tidak seperti minyak jelantah yang melimpah.

        "Kalau bangun project yang panjang tentu ketersediaan jadi kunci, kalau tidak ya kita sulit dapat financing. Kelapa memang potensial, tapi ketersediaannya memang tidak seperti minyak jelantah," jabarnya.

        Baca Juga: Dirut Pertamina Cek Ketersediaan Elpiji 3Kg di Surakarta

        Sebagai informasi, Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengatakan bahwa kelapa reject dinilai sebagai salah satu potensi yang diakui dan masuk dalam daftar calon bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF).

        "Memang kelapa-kelapa reject itu salah satu potensi untuk bisa menjadi bahan baku bioavtur, SAF itu," kata dia.

        Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut ada beberapa PR yang harus diselesaikan. Di antaranya pembudidayaan komoditas kelapa sawit yang saat ini masih dilakukan di perkebunan rakyat dan belum terindustrialisasi secara lebih luas.

        Karena itu, muncul rencana tambahan tugas bagi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk mengelola di luar komoditas kelapa sawit, yakni kakao hingga kelapa.

        Baca Juga: Tanzania Gandeng Pertamina, Jajaki Peluang Baru Sektor Hulu Migas

        "Jadi itu dulu masuk supaya nanti termasuk hilirisasinya, budidayanya berkembang baik. Kalau sudah, nanti berkembang ke depannya, termasuk salah satu potensi untuk bisa dikembangkan jadi SAF tadi," ujar dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: