Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BSI Dukung Usaha Masyarakat Pedesaan di Aceh Tembus Pasar Global

        BSI Dukung Usaha Masyarakat Pedesaan di Aceh Tembus Pasar Global Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) menunjukkan dukungan kepada usaha masyarakat pedesaan untuk go global dan menembus pasar internasional. Salah satunya lewat kisah sukses para petani di Gampong Umong Seuribee, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.  

        Para petani nilam di desa ini telah berhasil mengubah nasib mereka, dari sekadar petani subsisten menjadi pengusaha minyak nilam yang mampu menembus pasar ekspor. Keberhasilan tersebut tak lepas dari program Desa Binaan BSI Klaster Nilam yang telah mengubah wajah perekonomian desa ini.

        Baca Juga: Resmikan Sentra UMKM, BSI Perkuat Kemandirian Ekonomi Masyarakat Lokal

        M. Ali, seorang penerima manfaat sekaligus operator penyulingan minyak sentra, mengisahkan perjalanan transformasi desanya. "Kelompok tani kami dibentuk pada 23 Maret 2023. Saat itu, harga minyak nilam hanya sekitar Rp500.000 per kilogram. Kini, harganya sudah mencapai Rp 1.700.000 per kilogram,” ucap pria berusia 66 tahun tersebut.

        Perubahan ini bukan hanya soal harga, tetapi juga tentang jumlah petani yang terlibat. Ali menjelaskan, sebelum program ini hadir, hanya ada tiga hingga lima petani yang berkomitmen pada budidaya nilam. “Sekarang, sudah ada 60 petani yang berhasil mengembangkan tanaman ini,” tegasnya.

        Secara keseluruhan, pendapatan rata-rata petani meningkat sebesar 26,4%. Dari yang sebelumnya hanya Rp1.464.700, kini mencapai Rp1.851.351 per bulan terhitung Juli 2024. “Dari program ini, petani ada yang sudah mampu membiayai anaknya kuliah dan membeli laptop dari hasil penjualan minyak nilam,” tambahnya.

        Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Pada 14 Oktober 2024, desa ini menjadi tuan rumah acara besar yang dihadiri oleh berbagai lembaga penting, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, dan berbagai lembaga keuangan.

        "Melalui program ini, kami sangat terbantu dengan kemudahan akses permodalan. Bantuan BSI untuk klaster nilam merupakan langkah nyata dalam mendukung usaha budidaya kami,” ucap Ali.

        Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama mengenai modal yang dibutuhkan untuk memulai budidaya nilam. Di antaranya biaya operasional awal untuk ke lahan di pegunungan sebesar Rp500.000/orang; 2.500 bibit nilam; tiga gulung kawat duri untuk pagar beserta tiang kayunya dan dua ton pupuk kompos.

        Baca Juga: Dukung UMKM Go Global, BSI Berangkatkan 5 UMKM Binaan ke Arab Saudi

        Kesuksesan ini bukan akhir dari perjuangan mereka. Ali mengungkapkan rencana jangka panjang kelompok tani ekspansi perluasan lahan melalui kemitraan dengan petani di luar daerah binaan, dengan target luas 25 hektar dan produksi empat ton minyak per tahun.

        Pengembangan kemampuan petani hingga mampu memproduksi produk turunan minyak nilam seperti parfum, sabun, dan aromaterapi. Sertifikasi bibit nilam hingga layak kirim lintas provinsi. Ali menutup wawancara dengan pesan bijak, "Jangan latah dengan harga tinggi baru mulai berbudidaya nilam. Setialah dengan nilam karena nilam itu mirip emas, harganya tidak akan jatuh."

        Kisah Desa Umong Seuribee ini menjadi bukti nyata bahwa dengan dukungan yang tepat, kerja keras, dan semangat pantang menyerah, sebuah desa bisa mengubah nasibnya. Dari desa tertinggal, kini mereka telah berhasil menembus pasar ekspor, membuktikan bahwa impian untuk sejahtera bisa diraih dengan ketekunan dan kerja sama yang baik.

        Saat ini, minyak nilam dari kelompok binaan yang dibeli oleh PT UGreen 100% memiliki orientasi ekspor. Untuk rencana jangka panjang, terdapat beberapa strategi yang akan diimplementasikan. Pertama, ekspansi perluasan lahan melalui kemitraan dengan petani di luar daerah binaan, dengan target luas 25 hektar dan produksi empat ton minyak per tahun.

        Kedua, pengembangan kemampuan petani hingga mampu memproduksi produk turunan minyak nilam seperti parfum, sabun, dan aromaterapi. Ketiga, sertifikasi bibit nilam hingga layak kirim lintas provinsi untuk memperluas jangkauan distribusi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Belinda Safitri

        Bagikan Artikel: