Meski Harga Emas Bisa Terkoreksi, Dirut PT Hartadinata Abadi: Tetap Relevan untuk Ketahanan Finansial Jangka Panjang
Kredit Foto: Istimewa
Harga emas dunia yang mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir sempat memicu kekhawatiran di kalangan investor. Namun, pelaku industri meyakinkan bahwa koreksi harga ini merupakan bagian dari dinamika pasar yang wajar dan tidak mengurangi daya tarik emas sebagai instrumen investasi jangka panjang.
"Fluktuasi harga dalam jangka pendek adalah hal yang lumrah dan tidak perlu menjadi kekhawatiran akan nilai emas sebagai aset tabungan. Menyimpan emas adalah langkah strategis dan sudah terbukti dapat membangun ketahanan finansial dalam jangka panjang. Jadi memang sifatnya bukan untuk mencari keuntungan sesaat," ujar Sandra Sunanto, Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk.
Data dari World Gold Council mencatat bahwa dalam tiga tahun terakhir, emas menunjukkan tren pertumbuhan yang konsisten. Pada 2021 ke 2022, harga emas tumbuh sebesar 9,28% (YoY), lalu meningkat 12,45% pada 2022 ke 2023. Secara rata-rata, kenaikan tahunan berkisar di angka 10% selama periode tersebut.
Memasuki akhir 2024, harga emas mencatat lonjakan signifikan sebesar 34,63% dibandingkan tahun sebelumnya. Tren ini berlanjut hingga kuartal pertama 2025 dengan kenaikan tahunan sebesar 45,07%. Hingga Maret 2025 (year-to-date), harga emas sudah naik sekitar 16%.
Kenaikan tajam ini dipengaruhi oleh meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang belum mereda, serta meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai wilayah dunia.
Laporan tahunan PT Hartadinata Abadi Tbk menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap emas sebagai instrumen tabungan semakin kuat. Selain dikenal tahan terhadap inflasi, emas juga dinilai sebagai aset likuid yang dapat dicairkan kapan saja. Akses pembelian emas yang makin mudah — baik melalui toko fisik maupun platform digital — turut memperkuat posisinya di kalangan masyarakat luas.
“Emas adalah aset nyata yang tahan inflasi dan mudah dicairkan kapan pun dibutuhkan. Dalam konteks rumah tangga, menyimpan emas adalah bentuk perlindungan jangka panjang terhadap ketidakpastian ekonomi,” jelas Sandra.
Meskipun pasar emas saat ini tengah mengalami koreksi, pelaku industri menilai tren jangka panjang masih sangat positif. Dengan rekam jejak yang kuat, daya tahan terhadap tekanan ekonomi global, serta permintaan ritel yang terus meningkat, emas diperkirakan tetap menjadi pilar penting dalam strategi keuangan masyarakat Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: