Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bursa Asia Kembali Menguat, Pasar Saham Pantau Ketegangan Trump-Jepang

        Bursa Asia Kembali Menguat, Pasar Saham Pantau Ketegangan Trump-Jepang Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Mayoritas Bursa Asia kembali mencatatkan penguatan dalam perdagangan di Selasa (1/7). Indeks Jepang mengalami tekanan yang signifikan menyusul ancaman tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

        Dilansir dari CNBC International, Rabu (2/7), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia:

        • Hang Seng (Hong Kong): Libur Hari Pendirian Hong Kong SAR
        • CSI 300 (China): Naik 0,17% ke 3.942,76.
        • Shanghai Composite (China): Naik 0,39% ke 3.457,75.
        • Nikkei 225 (Jepang): Turun 1,24% ke 39.986,33.
        • Topix (Jepang): Turun 0,73% ke 2.832,07.
        • Kospi (Korea Selatan): Naik 0,58% ke 3.089,65.
        • Kosdaq (Korea Selatan): Naik 0,28% ke 783,67.

        Bursa Saham Asia bergerak menguat mengikuti redanya kekhawatiran perang dagang dan meningkatnya taruhan pada pemotongan suku bunga jangka pendek dari Federal Reserve (The Fed).

        Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent  mengumumkan adanya negara-negara yang sedang bernegosiasi dengan iktikad baik, bahkan hampir mencapai kesepakatan dengan AS.

        Namun ia juga mengatakan bahwa tarif dapat kembali melonjak ke level yang diumumkan sebelumnya apabila tidak mencapai kesepakatan dengan AS di 9 Juli 2025. Perubahan kebijakan perdagangan ini tentunya menjadi kejutan untuk sejumlah negara yang terdampak tarif resiprokal yang diterapkan oleh AS.

        Baca Juga: Danamon Umumkan Pemenang Hadiah Beruntun 2025, Ada 22 Mobil Honda BRV hingga 25 Paket Liburan Jepang!

        Adapun Trump mengancam akan mengenakan tarif baru pada Jepang. Ia bahkan menegaskan bahwa tarif impor mobil akan tetap berlaku bagi Negeri Sakura. Alasannya adalah ketidakseimbangan perdagangan yang terus-menerus dari Jepang-AS.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: