Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Waduh! Rp2,6 Triliun Raib Akibat Password Lemah, Kebocoran 16 Miliar Password Ancam Ekonomi Digital

        Waduh! Rp2,6 Triliun Raib Akibat Password Lemah, Kebocoran 16 Miliar Password Ancam Ekonomi Digital Kredit Foto: Unsplash/Jay Wennington
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kebocoran data digital kembali menjadi sorotan setelah laporan Cybernews mengungkap sekitar 16 miliar kredensial digital bocor ke publik. Meski bukan akibat insiden baru, peristiwa ini memicu kerugian serius di sektor keuangan Indonesia yang dilaporkan mencapai Rp2,6 triliun.

        Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Indonesia Anti-Scam Center (IASC) mencatat sebanyak 135.397 laporan kasus penipuan digital terjadi sejak November 2024 hingga Mei 2025. Angka tersebut mencerminkan skala ancaman yang terus berkembang terhadap stabilitas ekosistem digital nasional.

        Menanggapi hal ini, VIDA, perusahaan penyedia solusi identitas digital, menekankan pentingnya perlindungan terhadap kredensial pengguna sebagai lapisan pertama keamanan data.

        “Kredensial adalah lapisan pertama yang harus dilindungi. Sayangnya, banyak pengguna belum menyadari bahwa kebocoran sekecil apa pun dapat membuka celah bagi serangan siber yang merugikan secara finansial maupun emosional,” kata Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA dalam keterangan resminya, Senin (7/7/2025).

        Baca Juga: Cisco Cybersecurity Readiness Index 2025: Kesiapan Keamanan Siber Tetap Rendah di Era Transformasi AI

        VIDA menyebut 64% pengguna masih mendaur ulang kata sandi, sementara 80% kebocoran data berasal dari penggunaan password yang lemah, digunakan ulang, atau dicuri. Kata sandi seperti “123456” dan “password” masih mendominasi di Indonesia sepanjang 2024.

        Kondisi ini menjadi celah yang dimanfaatkan oleh pelaku phishing, social engineering, hingga sim swap fraud untuk membobol data dan mencuri dana dari korban.

        Sebagai solusi, VIDA memperkenalkan teknologi autentikasi baru bernama FaceToken dan PhoneToken yang menggunakan biometrik dan verifikasi perangkat sebagai pengganti sandi.

        FaceToken menggabungkan teknologi face matching, liveness detection, dan autentikasi perangkat dalam satu proses, sementara PhoneToken mengandalkan Public Key Infrastructure (PKI) untuk memverifikasi keaslian perangkat pengguna.

        Kedua teknologi ini dikembangkan sebagai respons terhadap ancaman dunia siber yang semakin kompleks. VIDA menyatakan pendekatan tanpa sandi dan perlindungan berbasis biometrik dapat menekan kebocoran data dan mendukung pembangunan ekonomi digital yang aman dan berkelanjutan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Azka Elfriza
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: