Kredit Foto: Kemenperin
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut Presiden Prabowo Subianto merupakan kepala negara pertama yang berhasil memperkuat industri manufaktur Indonesia, khususnya yang berorentasi ekspor.
Mulanya, Menperin menyampaikan apresiasi pelaku industri Indonesia terhadap Presiden Prabowo yang berhasil menurunkan tarif impor produk tanah air di pasar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Kemenperin Perkuat Kapasitas Produksi Bahan Aktif Pestisida Dalam Negeri
Per 17 Juli 2025 usai negosiasi Presiden Prabowo dengan Presiden AS Donald Trump, Pemerintah AS resmi menetapkan tarif bea masuk sebesar 19% untuk sejumlah produk ekspor Indonesia, ini lebih rendah dari potensi tarif 32% yang sempat mengemuka.
“Para pelaku industri nasional sangat mengapresiasi capaian Bapak Presiden Prabowo dalam upaya merundingkan kembali tarif impor Indonesia ke Amerika. Ini merupakan bukti nyata dari kepemimpinan beliau dalam memperjuangkan kepentingan industri dalam negeri di kancah global,” kata Menperin, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (18/7).
Bahkan, berkat kepiawaian Presiden Prabowo dalam bernegosiasi, Indonesia berhasil memperoleh tarif yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara-negara pesaing. Hal ini menjadi modal penting bagi peningkatan daya saing industri nasional.
Menurut Menperin, kesepakatan ini akan menggairahkan sektor manufaktur Indonesia karena pintu ekspor ke Amerika kembali terbuka lebih luas lagi. Selain itu, kesepakatan ini juga akan meningkatkan daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar ekspor terutama di pasar Amerika.
“Keputusan Amerika untuk menurunkan atau menyesuaikan tarif terhadap sejumlah komoditas ekspor manufaktur Indonesia tentu akan meningkatkan daya saing produk kita di pasar mereka. Ini akan berdampak langsung terhadap industri terutama utilisasi, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan struktur industri nasional," lanjut Agus.
Menperin mengemukakan, dalam skema rantai produksi, saat ini rasio output sektor manufaktur Indonesia untuk tujuan pasar ekspor dan domestik adalah 20:80. Artinya, sebesar 20 persen output produk manufaktur Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor. Sisanya, 80 persen mengisi permintaan di pasar domestik. “Dari total 20 persen output produk manufaktur yang berorientasi ekspor tersebut, sebagian dijual ke pasar Amerika,” ungkapnya.
Menperin menyebutkan, sepanjang tahun 2024, nilai ekspor produk Indonesia ke Amerika Serikat mencapai USD26,31 miliar atau sekitar 9,94 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia (USD264,70 miliar). “Untuk tingkat utilisasi industri Indonesia pada 2024 juga dicatat sebesar 65,3 persen, yang menandakan ruang utilisasi produksi yang bisa ditingkatkan industri lebih tinggi lagi guna merespons permintaan positif pasar ekspor Amerika paska kesepakatan tarif ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dengan Amerika sebesar USD14,34 miliar, yang menyumbang 46,2 persen dari total surplus perdagangan Indonesia pada tahun tersebut.
Menperin optimistis, pengumuman kesepakatan tarif impor Amerika ini diyakini akan menggairahkan industri untuk meningkatkan utilisasi produksi terutama utilisasi industri padat karya yang berorientasi ekspor. “Tentunya, hal ini akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja lebih luas lagi pada industri padat karya seperti industri tekstil, produk tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan lainnya,” tegasnya.
Di lain sisi, Menperin menyampaikan, pelaku industri di Indonesia terutama sektor padat karya, juga mengapresiasi telah disepakati secara politik perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Perjanjian dagang ini juga dinilai sangat dinanti dan diapresiasi oleh pelaku industri karena akan membuka hambatan ekspor yang selama ini dihadapi oleh produk manufaktur Indonesia. Perjanjian IEU-CEPA ini diyakini yang akan membuka akses pasar ekspor Indonesia ke kawasan Eropa secara lebih luas dan kompetitif.
“Pelaku industri juga berterimakasih dan mengapresiasi kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo yang telah mencapai kesepakatan untuk penyelesaian perjanjian dagang IEU-CEPA. Perjanjian ini sangat ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh industri manufaktur saat ini agar agar dapat menjual produknya di pasar Eropa serta meningkatkan daya saing produk manufaktur lebih tinggi lagi dibanding produk serupa dari negara lain,” ujar Menperin AGK.
Keberhasilan Presiden Prabowo atas kesepakatan dagang dengan Amerika dan Uni Eropa merupakan tonggak sejarah penting bagi industri manufaktur Indonesia.
“Bapak Presiden Prabowo merupakan merupakan Presiden Indonesia pertama yang berhasil memperkuat manufaktur Indonesia terutama manufaktur berorientasi ekspor. Kami yakin dengan dua kesepakatan perdagangan ini maka ekosistem manufaktur Indonesia akan lebih kuat, maju, mandiri dan berdaya saing tinggi ke depannya. Industri manufaktur nasional juga akan berkontribusi lebih tinggi lagi bagi program industrialiasi Presiden Prabowo guna mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya