Kredit Foto: Dok. Kemenekraf
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf), Irene Umar, mengungkapkan hilirisasi produk dan ego sektoral merupakan tantangan dalam memaksimalkan potensi ekonomi kreatif di Indonesia.
Pasalnya menurut Wamen Ekraf, ekonomi kreatif merupakan 'harta karun' yang belum tergarap maksimal dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Rp1.532 triliun pada 2024.
Baca Juga: Kemen Ekraf Dorong UMKM Kreatif Fokus pada Penguatan Bisnis Era Digital
Dirinya menyampaikannya saat menjadi narasumber dalam podcast “Market Think” dengan tema “Creative Industry: Untapped Goldmine” di Philip Kolter Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Wamen Ekraf menyoroti besarnya potensi sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif meningkat hingga 89% dalam kurun waktu 2013 hingga 2024.
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB juga melonjak dari Rp700 triliun pada 2013 menjadi Rp1.532 triliun di tahun 2024. Pemerintah menargetkan kontribusi sektor ini mencapai 8–8,9% terhadap PDB pada 2029.
“Untuk mencapai target tersebut, kita perlu menghapus ego sektoral dan membangun kolaborasi lintas pemangku kepentingan melalui pendekatan hexahelix. Sinergi antar sektor menjadi kunci agar industri kreatif mampu terus tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan,” ujar Wamen Ekraf, dikutip dari siaran pers Kemen Ekraf, Senin (21/7).
Podcast ini dipandu oleh Ignatius Untung, praktisi behavioral science yang membedah dinamika industri melalui pendekatan lintas disiplin, memadukan sudut pandang pemasaran, psikologi perilaku, dan strategi komunikasi bisnis.
Wamen Ekraf juga menyoroti tantangan hilirisasi produk kreatif yang dinilai masih minim. Oleh karena itu, Kementerian Ekraf terus mendorong peningkatan kapasitas pelaku industri melalui berbagai pelatihan, salah satunya adalah kerja sama dengan Google dalam program Google Play x Unity Game Developer Training.
Hal ini diperlukan, karena saat ini produk gim asal Indonesia banyak yang telah berhasil menembus pasar global seperti Amerika Serikat, Eropa, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, dengan dominasi ekspor ke Eropa.
Untuk itu, menghadapi tantangan industri yang dinamis, Kementerian Ekraf terus berupaya memperkuat fondasi ekosistem ekonomi kreatif melalui pembaruan data sektoral, penyederhanaan birokrasi lintas kementerian, dan perluasan infrastruktur kreatif di berbagai daerah.
“Bagi para pegiat ekraf kita perlu strategi keuangan yang adaptif dan mengikis rasa inferior terhadap produk dalam negeri. Hanya dengan keberanian dan keyakinan, produk kreatif Indonesia bisa mendunia,” tegas Wamen Ekraf.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: