Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Pinjaman dianggap sebagai solusi praktis di tengah himpitan ekonomi yang sedang lesu seperti sekarang ini, tapi perlu bagi pembaca untuk menghindari pinjaman macet atau biasa disebut galbay (gagal bayar).
Skor kredit buruk, dikejar-kejar penagih utang, sampai jaminan disita adalah momok yang sangat menakutkan.
Menghindari gagal bayar adalah murni soal strategi. Ini bukan soal seberapa banyak uang yang kita punya, tapi seberapa cerdas kita mengelolanya. Berikut tips-tipsnya dikutip dari vrtims:
1. Pahami dulu
Sebelum kamu klik tombol "Ajukan Pinjaman", luangkan waktu sejenak untuk berpikir. Setelah itu, perhatikan juga beberapa hal berikut ini:
a. Tentukan tujuan yang jelas
Pinjaman itu seperti pisau, bisa dipakai untuk masak (produktif) atau melukai (konsumtif). Utang produktif adalah utang yang bisa menghasilkan uang atau aset yang nilainya naik, seperti pinjaman untuk modal usaha, pendidikan, atau KPR. Sedangkan utang konsumtif adalah pinjaman untuk membeli barang yang nilainya turun, seperti handphone baru atau liburan mewah. Utang produktif jauh lebih aman karena uangnya bisa kembali, utang konsumtif justru membebani.
b. Hitung kemampuan bayar dengan "30% Rule"
Proporsi 30% ini adalah aturan yang sering disarankan oleh para financial planner. Pastikan total cicilan bulanan kamu tidak lebih dari 30% dari total pendapatan bulanan. Misalnya, kalau gaji kamu Rp7 juta, total cicilan (termasuk semua pinjaman dan kartu kredit) sebaiknya tidak lebih dari Rp2,1 juta. Jika lebih dari itu, kamu akan rentan kehabisan uang untuk kebutuhan lain dan pinjaman pun berpotensi macet.
c. Simulasi skenario terburuk
Pikirkan skenario terburuk. Apa yang akan terjadi kalau side hustle kamu sepi order? Apa yang akan terjadi kalau ada pengeluaran mendadak yang menguras tabungan? Jika kamu bisa punya jawaban dan rencana cadangan untuk skenario terburuk, artinya pinjaman kamu sudah berada di jalur yang aman.
2. Jurus anti-macet
Setelah pinjaman disetujui, tugas belum selesai. Justru di sinilah kebiasaan baik harus mulai dijalankan. Jangan mengandalkan ingatan atau kemauan keras, tapi ciptakan sistem yang membuat pembayaran jadi otomatis dan anti lupa.
a. Sisihkan di awal
Kuncinya adalah menyisihkan uang untuk membayar pinjaman di awal, layaknya menabung. Begitu gaji masuk, segera alokasikan sebagian dana untuk membayar cicilan. Strategi ini bukan hanya mencegah keterlambatan pembayaran, tetapi juga membantu membangun disiplin finansial karena kamu menempatkan kewajiban di urutan prioritas. Dengan sistem bank yang bekerja untukmu, risiko “lupa bayar” akibat kelalaian atau godaan belanja bisa dihindari, dan keuangan pun tetap terkendali.
b. Pisahkan rekening khusus
Punya satu rekening untuk semua hal (gaji, jajan, tabungan, cicilan) sangat berbahaya. Alokasikan satu rekening khusus untuk cicilan pinjaman. Jadi, saat uang gajian masuk, segera pindahkan dana cicilan ke rekening khusus ini. Ini akan mencegah kamu menggunakan uang cicilan secara tidak sengaja untuk kebutuhan lain.
c. Bangun dana darurat cadangan
Dana darurat adalah benteng terakhir kamu. Usahakan untuk memiliki dana darurat setidaknya 3-6 kali pengeluaran bulanan. Dana ini tidak hanya untuk biaya medis atau kerusakan, tapi juga bisa dipakai untuk membayar cicilan jika ada masalah di masa transisi (misalnya saat ganti pekerjaan dan gajian tertunda). Dengan memiliki dana darurat, kamu tidak perlu panik saat penghasilan tiba-tiba macet.
Terlepas dari semua perencanaan, kadang situasi di luar kendali kita bisa saja terjadi. Jika kamu merasa akan kesulitan membayar cicilan, ada satu hal yang paling penting: jangan pernah menghindar.
Gunakan waktu yang diberikan bank untuk mencari solusi, bukan untuk mengeluh. Cari pekerjaan sampingan, jual aset yang tidak terpakai, atau pangkas pengeluaran yang tidak penting. Tindakan proaktif adalah kunci untuk keluar dari masalah
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: