Kredit Foto: Uswah Hasanah
Digitalisasi industri menjadi kunci bagi efisiensi dan daya saing sektor migas dan pertambangan di Indonesia.
Dalam paparannya di Telkomsel Enterprise Solutionday 2025, Kamis (21/8/2025) VP of Overseas Business Development Huawei, Alden Xu, menyoroti peran teknologi ICT, cloud, AI, dan konektivitas 4G–5G dalam mendukung operasi otomatisasi industri.
“Contohnya, di China ada lebih dari 100 perusahaan yang menerapkan penerbangan otomatis untuk efisiensi produksi. Ini bisa menjadi contoh bagi Indonesia,” kata Alden.
Sementara itu, Sekjen Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menambahkan bahwa Indonesia memiliki Visi Digital 2045, yang menargetkan ekosistem digital inklusif dan kolaboratif.
Ia menekankan keterlibatan pemerintah, bisnis, akademisi, asosiasi, dan masyarakat dalam mendorong transformasi digital.
Menurut Dadan, digitalisasi mendukung efisiensi operasional, pengawasan distribusi BBM, dan mitigasi risiko di subsektor migas dan pertambangan.
Di sisi lain, President Commissioner PT Putra Perkasa Abadi, Iman Nurwahyu, memberikan pengalaman lapangan sebagai kontraktor tambang, mengelola ribuan alat berat dan karyawan di lokasi terpencil.
Ia menjelaskan pentingnya connectivity, IOT, cloud, dan sistem manajemen data yang handal.
“Tanpa konektivitas penuh, pengelolaan alat berat di 16 lokasi berbeda hampir mustahil. Kami mengontrol data 24 jam untuk mencegah kesalahan operasional dan menjaga efisiensi,” ujar Iman.
Pemanfaatan AI di tambang dan migas, lanjut Iman, meliputi pemantauan sumur migas, analisis data bencana, dan kontrol fuel management. Hal ini memungkinkan perusahaan cepat beradaptasi dan tetap kompetitif. Ia menekankan bahwa digitalisasi bukan sekadar teknologi, tetapi driver untuk keberlanjutan dan keamanan operasional.
Huawei juga mendukung adopsi teknologi otomatisasi, termasuk autonomous flight dan pemrosesan data global, yang berpotensi diterapkan di Indonesia.
Sementara pemerintah melalui BPH MIGAS dan OSS (Online Single Submission) mendorong proses perizinan dan pengawasan berbasis digital untuk meminimalkan illegal mining dan memaksimalkan traceability.
Menurut Dadan, tantangan terbesar adalah kesiapan SDM, regulasi yang masih berkembang, dan integrasi teknologi dengan operasi lapangan. Namun, kombinasi antarpihak pemerintah, industri, dan penyedia teknologi diyakini mampu mempercepat transformasi digital di sektor migas dan pertambangan Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri