- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
September Effect: Saham Perbankan dan Energi Baru Terbarukan Dinilai Paling Tangguh
Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Reliance Sekuritas Indonesia menilai sektor perbankan dan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pilihan utama menghadapi September Effect tahun ini. Kedua sektor tersebut dinilai memiliki fundamental kuat serta didukung sentimen positif dari kebijakan pemerintah dan tren makroekonomi yang tengah berlangsung.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Arifin, menjelaskan bahwa sektor perbankan berpotensi tumbuh lebih baik di tengah penurunan suku bunga.
“Perbankan adalah jantung perekonomian. Dengan turunnya suku bunga, hal ini akan berimplikasi positif pada kinerja bank, terutama emiten besar seperti Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Mandiri (BMRI),” ujarnya dalam webinar yang digelar secara daring, dikutip Sabtu (6/9/2025).
Baca Juga: Reliance Sekuritas Ungkap Tiga Calon Emiten Siap Melantai
Selain perbankan, Reliance juga memandang sektor energi baru terbarukan (EBT) semakin prospektif. Hal ini sejalan dengan langkah pemerintah yang tengah menggodok kebijakan konversi sampah menjadi energi listrik. Menurut Arifin, kebijakan tersebut akan menjadi katalis penting bagi saham-saham EBT.
“Untuk sektor EBT, kami merekomendasikan TOBA, BREN, dan PGEO yang memiliki potensi pertumbuhan jangka menengah hingga panjang,” tambahnya.
Lebih jauh, Reliance Sekuritas juga menilai sektor konstruksi dan properti patut dicermati. Kedua sektor tersebut berpotensi terdorong oleh stimulus pemerintah di bidang perumahan.
“Sektor properti bisa diuntungkan dari insentif pemerintah, sementara konstruksi berpeluang terbuka seiring proyek pembangunan yang kembali digencarkan,” kata Arifin.
Direktur Reliance Sekuritas, Reza Priyambada, menambahkan bahwa investor perlu lebih selektif memilih saham menjelang September. Menurutnya, meski ada kekhawatiran pasar akibat faktor politik dan ekonomi global, fokus terhadap fundamental emiten tetap menjadi kunci.
“Tidak cukup hanya melihat tren indeks. Investor harus menilai individual saham, kinerja keuangan, serta prospeknya dalam jangka panjang,” ujar Reza.
Arifin menekankan bahwa September Effect, yang secara historis kerap membawa tekanan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tidak selalu berujung negatif. Justru, pelemahan jangka pendek dapat menjadi kesempatan membeli saham dengan valuasi lebih murah.
Baca Juga: AUM Reliance Rp128 Miliar, Produk DIRE Melonjak Tajam
“Koreksi pasar bisa dimanfaatkan sebagai momentum beli, terutama pada sektor-sektor dengan fundamental kuat seperti perbankan, EBT, konstruksi, dan properti,” tutur Arifin.
Dengan kondisi tersebut, Reliance melihat peluang bagi investor untuk tetap optimistis meski memasuki bulan yang identik dengan tekanan musiman.
“Selama investor disiplin dalam memilih saham berfundamental kuat, September dapat menjadi awal momentum positif untuk kuartal keempat,” jelas Reza.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: