Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perjalanan Karir Sri Mulyani, Terkenal Saat Krisis 97-98 hingga Jadi Menteri Keuangan Tiga Presiden

        Perjalanan Karir Sri Mulyani, Terkenal Saat Krisis 97-98 hingga Jadi Menteri Keuangan Tiga Presiden Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sri Mulyani Indrawati adalah sosok yang selama ini dikenal sebagai Menteri Keuangan Indonesia. Ia adalah perempuan inspiratif yang menjabat di posisi tersebut bersama tiga presiden berbeda. Tak hanya itu, sempat menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia menjadikan nama Sri Mulyani dikenal di dalam dan di luar negeri. 

        Lahir sebagai anak ketujuh dari sepuluh bersaudara, Sri Mulyani tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan. Orang tuanya adalah lulusan UGM yang sempat ditugaskan kerja sarjana sebagai guru di Sumatera sebelum akhirnya kembali ke Yogyakarta. Orang tua Sri Mulyani adalah tokoh yang kelak menjadi pendiri IKIP Semarang atau yang kini menjadi Universitas Negeri Semarang.

        Berbeda dengan banyak saudaranya yang memilih bidang dokter atau insinyur, Sri Mulyani tertarik pada ekonomi. Ia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) pada 1981, lalu melanjutkan studi ke University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika Serikat. Di sana ia meraih gelar Master (1990) dan Ph.D. (1992) di bidang ekonomi, sekaligus ditempa oleh pengalaman hidup sederhana bersama keluarga kecilnya.

        Sepulangnya ke Indonesia, Sri Mulyani aktif sebagai dosen dan peneliti di FEUI hingga menjadi Kepala LPEM FEUI pada 1998. Krisis moneter 1997-1998 menjadi titik balik kariernya. Ia tampil sebagai analis muda yang menjelaskan kompleksitas krisis kepada publik dan media.

        Kontribusinya dalam dunia akademik dan publik membuat namanya semakin dikenal. Namun, karena kelelahan, dia memutuskan untuk mengambil cuti sabatikal bersama keluarga ke Amerika Serikat.

        Pada 2002, di tengah masa sabatikalnya, Sri Mulyani mendapat telepon dari Menteri Keuangan Boediono pada era Presiden Megawati. Dia ditawari untuk menjabat sebagai Direktur Pelaksana (Executive Director) Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara Asia Tenggara di Washington DC. Dia menerima tawaran itu dan menghabiskan dua tahun bersama keluarganya di sana.

        Baca Juga: Profil Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan Baru Pengganti Sri Mulyani

        Dua tahun kemudian, ia kembali ke tanah air dan bergabung dalam kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertama-tama ia menjabat sebagai Kepala Bappenas, lalu Menteri Keuangan sejak 2005.

        Sebagai Menteri Keuangan, Sri Mulyani meluncurkan reformasi birokrasi yang berani. Ia memecat ratusan pejabat pajak dan bea cukai yang terbukti korup, menaikkan gaji pegawai yang berintegritas, serta memperkenalkan sistem perpajakan elektronik. Hasilnya, jumlah wajib pajak melonjak, penerimaan negara meningkat, dan Kementerian Keuangan bertransformasi menjadi lembaga yang lebih modern dan bersih.

        Namun, jalan tidak selalu mulus. Keputusan bailout Bank Century pada 2008 dan kasus perpajakan besar menimbulkan badai politik. Di tengah tekanan, ia akhirnya menerima tawaran menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia pada 2010.

        Di Bank Dunia, Sri Mulyani mencetak sejarah sebagai orang Indonesia pertama yang menduduki posisi Direktur Pelaksana sekaligus COO. Ia memimpin operasi global lembaga tersebut, menghadiri forum-forum penting seperti G20, dan mendapat pengakuan internasional sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di dunia versi Forbes.

        Pada 2016, Presiden Joko Widodo meminta Sri Mulyani kembali menjabat Menteri Keuangan. Ia melanjutkan reformasi fiskal, termasuk UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang memperkenalkan pajak karbon dan integrasi NIK-NPWP.

        Baca Juga: Sri Mulyani Pamit dari Kursi Menkeu, Beri Wejangan Ini Ke Purbaya Yudhi Sadewa

        Puncak ujiannya datang saat pandemi COVID-19. Dengan Perppu No. 1 Tahun 2020, ia merancang kebijakan extraordinary senilai Rp405,1 triliun untuk sektor kesehatan, jaring pengaman sosial, dan industri. Keberaniannya melonggarkan defisit APBN di atas 3% dari PDB dianggap langkah berani dan adaptif, yang kemudian mendapat penghargaan internasional.

        Pada 2024, Sri Mulyani dipercaya kembali menjadi Menteri Keuangan di bawah Presiden Prabowo Subianto. Namun, pada September 2025, ia digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa di tengah kabar adanya ketegangan antara disiplin fiskal yang ia anut dan agenda belanja ekspansif kabinet baru.

        Terlepas dari dinamika politik, warisan Sri Mulyani jelas, ia berhasil mengubah wajah Kementerian Keuangan menjadi lebih bersih dan profesional, serta konsisten menavigasi Indonesia melewati badai krisis ekonomi global, dari 1998 hingga pandemi 2020.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: