Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Proyek Baterai IBC-Huayou USD 8 Miliar Tetap Jalan Meski Dirut Lama Tersangka

        Proyek Baterai IBC-Huayou USD 8 Miliar Tetap Jalan Meski Dirut Lama Tersangka Kredit Foto: IBC
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan proyek baterai terintegrasi yang dijalankan Indonesia Battery Corporation (IBC) bersama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan konsorsium Zhejiang Huayou Cobalt (Proyek Titan) tetap berlanjut.

        Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menegaskan penetapan mantan Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengelolaan minyak mentah dan produk kilang Pertamina tidak memengaruhi jalannya investasi tersebut.

        “Komitmen pelaksanaan kegiatan investasi, kan dalam rangka joint venture. Ini kan tetap jalan,” ujar Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (12/9/2025).

        Baca Juga: IBC Dorong Perdagangan Karbon Berdaya Saing Global Lewat Program ICMA

        Ia menambahkan, IBC juga sudah memiliki direktur utama baru pasca penetapan tersangka Toto Nugroho. “Kan sudah ada Dirut yang baru juga, yang melanjutkan ini, yang melanjutkan kegiatan,” jelasnya.

        Sebagaimana diketahui, proyek dengan nilai investasi sekitar USD 8 miliar itu berlokasi di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara. Proyek Titan merupakan rantai industri terintegrasi yang mencakup pertambangan nikel (mining), Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), High Pressure Acid Leaching (HPAL), prekursor, katoda, hingga produksi sel baterai (battery cell).

        Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menilai keberadaan industri baterai ini penting untuk menopang kebutuhan kendaraan listrik (EV) dan Battery Energy Storage System (BESS) yang terus meningkat. Menurutnya, kebutuhan baterai hingga 2034 diproyeksikan mencapai 392 gigawatt hour (GWh).

        Baca Juga: IBC Luncurkan ICMA Untuk Bidik Ekspor Kredit Karbon US$65 M

        “Di antaranya untuk mencukupi kebutuhan akselerasi RUPTL PLN 2025–2034, mobil dan motor listrik, program membangun 100 GW PLTS, dan juga peluang ekspor listrik,” ungkap Bahlil di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: