Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kualitas Masa Depan Anak Ditentukan Khususnya oleh Ibu

        Kualitas Masa Depan Anak Ditentukan Khususnya oleh Ibu Kredit Foto: OMRON DuoBaby
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengungkapkan kualitas masa depan anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan bimbingan yang diberikan orang tua, khususnya ibu, sejak dini.

        Sehingga menurutnya perempuan berperan sentral dalam membangun generasi emas 2045. Ini disampaikannya pada  Peringatan Milad ke-63 Wanita Islam di Jakarta, beberapa waktu lalu.

        Baca Juga: Proyek Upper Cisokan: PLN Libatkan Kontraktor Cegah Kekerasan Berbasis Gender

        “Keluarga adalah pondasi utama negara, dan manajer keluarga adalah perempuan. Rumah tangga bisa berjalan dengan baik bila ada kerja sama istri dengan suami. Arah masa depan anak cucu kita sangat ditentukan oleh kesungguhan orang tua, khususnya ibu, dalam mendidik dan membimbing mereka saat ini. Jika hal ini diabaikan, masa depan mereka bisa terancam,” ujarnya, dikutip dari siaran pers Kemen PPPA, Selasa (16/9).

        Menteri PPPA menjelaskan ada banyak hambatan yang saat ini dihadapi oleh perempuan dan anak di Indonesia, salah satunya adalah kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masih terjadi.

        “Kami ingin perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki, baik dalam pendidikan, ekonomi, maupun sosial. Namun, hambatan yang kita hadapi masih besar, terutama terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak dan ini dibuktikan dengan hasil survei yang Kemen PPPA lakukan,” ucap Menteri PPPA.

        Berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2024, sekitar 1 dari 4 perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan seksual dan/atau fisik sepanjang hidupnya. Sementara itu, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024 mencatat sekitar 51% anak usia 13–17 tahun pernah mengalami kekerasan, dengan kekerasan emosional sebagai bentuk yang paling dominan.

        “Kemen PPPA mengidentifikasi sejumlah faktor penyebab masih tingginya kekerasan terhadap perempuan dan anak, antara lain kondisi ekonomi, pola asuh, penggunaan gawai dan media sosial berlebih dan tak terbatas, lingkungan, hingga pernikahan usia anak,” jelas Menteri PPPA.

        Menteri PPPA mengingatkan agar para orang tua, para ibu, harus ekstra hati-hati dalam mendampingi anak, terutama remaja. Kedekatan emosional antara orang tua dan anak perlu lebih dibangun, karena kini banyak terkikis akibat gadget kurangnya komunikasi.

        “Jangan sampai kita menjauh dari anak-anak, bangun kedekatan dengan anak. Tanamkan pondasi agama, budi pekerti dan akhlak yang baik pada anak, karena nilai-nilai itu yang mulai bergeser pada generasi sekarang. Tidak ada kata terlambat, mari kita bersama-sama menanamkan pondasi agama, budi pekerti, dan akhlak kepada anak-anak kita,” tegas Menteri PPPA.

        Menutup sambutannya, Menteri PPPA berharap momentum Milad ke-63 Wanita Islam semakin memperkuat kontribusi perempuan dalam memperkokoh ketahanan keluarga dan melindungi anak-anak Indonesia salah satunya melalui dukungan dan kolaborasi bagi pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI) di daerah.

        “Semoga peringatan Milad ke-63 Wanita Islam menjadi penguat kontribusi nyata perempuan bagi negeri, melahirkan generasi Islami yang berakhlak mulia, serta memperkokoh keluarga Indonesia. Kita bisa berkolaborasi hingga ke tingkat desa melalui Ruang Bersama Indonesia,” tutup Menteri PPPA.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
        Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

        Bagikan Artikel: