Rumah Literasi Digital Surabaya Kupas Autisme: Anak Autis Bukan Penyakit, Tapi Potensi
Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
CEO Malang Autism Center Mohammad Cahyadi secara tegas menyatakan bahwa autisme bukan penyakit, melainkan kondisi perkembangan saraf yang mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi, berinteraksi, dan memproses informasi.
"Anak yang menderita Autism Spectrum Disorder (ASD) dapat menunjukkan perilaku berbeda dari anak seusianya, seperti kesulitan berbicara atau memahami emosi,” tegas Cahyadi dalam Jagongan Bareng bertajuk “Autisme dan Kita” yang digelar Rumah Literasi Digital (RLD) Surabaya kemarin.
Cahyadi juga menekankan, setiap anak dengan ASD memiliki potensi unik yang dapat dikembangkan.
Sementara itu, owner Agca Autism Center Chusnur Ismiati Hendro mengatakan bahwa jumlah anak dengan spektrum autis di Indonesia kian terlihat meningkat. Sebagian orang mengaitkannya dengan faktor lingkungan, mulai dari polusi, efek rumah kaca, penggunaan pestisida, hingga logam berat yang terakumulasi di tubuh.
Sebagian lagi menilai peningkatan itu justru karena kesadaran masyarakat yang lebih tinggi: diagnosis makin dini, stigma mulai terkikis, dan orang tua tak lagi menyembunyikan anak autis dari ruang publik.
Di era digital, lanjut dia, sangat memberi peluang baru. Gadget kini tak hanya dianggap sebagai pengalih perhatian, tetapi juga media deteksi dan intervensi. Berbagai aplikasi dibuat untuk membantu orang tua mengenali tanda-tanda autis sejak dini sebelum mendapat diagnosis resmi dari psikolog atau dokter.
“Begitu ada diagnosa, harus ada reaksi dari kita. Tidak boleh ragu atau denial. Intervensi dini itu penting,” kata wanita sering disapa Bu Is ini.
Selain itu, Bu Is juga menyatakan, di Indonesia masih ada stigma bahwa sekolah autis itu mahal. Padahal, yang membuat mahal bukan soal fasilitas, tapi juga intervensi yang intensif. Banyak keluarga yang akhirnya harus terlibat langsung, menjadi terapis bagi anak, agar pendidikan tetap bisa berlanjut.
“Nggak perlu takut para orang tua menyekolahkan anaknya. Dia (anak autis) merupakan ciptaan Tuhan paling mulia, di mana kita harus belajar kesabaran dalam menghadapi ujian dari Tuhan,” pesan wanita pemerhati anak autis ini.
Sementara testimoni orangtua anak autis, Moch Ali Topan mengungkapkan bahwa anak autis bukanlah anak kutukan, melainkan anak paling mulia yang diciptakan oleh Tuhan.
Menurutnya, orangtua jangan takut atau malu memiliki anak autis. Justru harus bersyukur memiliki anak kelainan tersebut. Kehadiran anak autis merupakan ujian dari Tuhan, di mana umatnya harus sabar dan selalu bersyukur atas ciptaannya.
“Secara pribadi saya katakan, bahwa anak-anak autis ini adalah ahli surga. Anak autis bukan kutukan, tetapi anak ini adalah paling mulia di hadapan Tuhan. Kita sebagai orang tua harus selalu sabar dan tawakal dengan kehadiran anak ini. Jangan malu memiliki anak autis. Insya Allah, kelak merekalah yang merangkul para orangtua untuk menuju surga,” pungkas jurnalis Warta Ekonomi ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: