Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bahlil Lempar Sinyal Big Gossan dan DMLZ Freeport Akan Segera Aktif, Grasberg Masih Ditutup

        Bahlil Lempar Sinyal Big Gossan dan DMLZ Freeport Akan Segera Aktif, Grasberg Masih Ditutup Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pihaknya saat ini tengah melakukan kajian terkait rencana reaktivasi tambang Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang berada di Mimika, Papua.

        Hal ini penting demi memastikan keberlanjutan produksi tambang, setelah sebelumnya seluruh operasi PTFI dihentikan sementara akibat longsor di Grasberg Block Mine pada 8 September 2025.

        “Tambang underground di Freeport itu kan besar. Kalau dikilokan, di garis lurus, itu sekitar 300 km lebih. Ada bagian yang memang tidak ada kaitannya dengan musibah. Ini lagi di-exercise untuk bagaimana bisa kita produksi,” ucap Bahlil selepas melantik Ketua BPH Migas 2025–2029 di KESDM, Jakarta.

        Baca Juga: Freeport Siap Aktifkan Tambang Non-Terdampak, Grasberg Masih Ditangguhkan

        Bahlil menekankan pentingnya reaktivasi tambang tak terdampak karena PTFI memiliki kontribusinya yang signifikan terhadap pendapatan negara, pendapatan daerah, serta tenaga kerja, termasuk kelanjutan pasokan konsentrat bagi smelter PTFI yang berada di Gresik.

        “Kalau tidak kita produksi, dampaknya nanti kepada pendapatan negara, karyawan di sana, pendapatan daerah, dan kontinuitas smelter di Gresik,” ujarnya.

        Sementara itu, tambang yang terdampak longsor hingga kini belum dijamah dan menunggu audit untuk mengetahui penyebab dan mitigasi jika kejadian serupa terulang. “Di bagian yang kena musibah itu kita belum melakukan pergerakan apa-apa,” tutup Bahlil.

        Sementera itu melansir laporan keuangan induk Freeport McMoran di Q32025, produksi PTFI cukup terdampak akibat penghentian sementara operasi di distrik Grasberg. Untuk kuartal ketiga 2025, FCX memperkirakan penurunan penjualan konsolidasi tembaga sekitar 4% dan emas sekitar 6% dibanding proyeksi awal. Grasberg Block Cave (GBC) sendiri merupakan sekitar 50% dari cadangan terbukti dan probable PTFI per 31 Desember 2024, dan menyumbang sekitar 70% dari produksi tembaga dan emas yang diproyeksikan hingga 2029.

        Baca Juga: Produksi Berhenti, Smelter Freeport di Gresik Terancam Lumpuh Akhir Oktober

        Akibat insiden, estimasi produksi PTFI untuk 2026 diperkirakan turun hingga 35% dibanding skenario sebelum kejadian. Namun, PTFI tetap memiliki posisi keuangan yang kuat, dengan pendapatan kuartal ketiga mencapai USD 6,972 miliar, laba bersih USD 674 juta, dan arus kas operasional USD 1,7 miliar.

        PTFI mengevaluasi dampak insiden, termasuk perbaikan infrastruktur, sistem listrik, komunikasi, dan perangkat mobile. Untuk tambang yang tidak terdampak langsung, seperti Big Gossan dan DMLZ, perusahaan menyatakan bisa memulai operasi ulang pertengahan kuartal IV 2025.

        Sementara itu, restart bertahap GBC direncanakan mulai paruh pertama 2026, dengan blok PB2 dan PB3 terlebih dahulu, dilanjutkan PB1S pada paruh kedua 2026, dan PB1C terakhir pada 2027. Semua angka dan timeline masih bersifat evaluatif dan dapat berubah sesuai hasil investigasi dan perbaikan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: