Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kenapa Skor Kredit Penting untuk Keuangan? Ini Penjelasannya

        Kenapa Skor Kredit Penting untuk Keuangan? Ini Penjelasannya Kredit Foto: Uswah Hasanah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peningkatan tajam penggunaan layanan Buy Now Pay Later (BNPL) dan pinjaman tunai (cash loan) dinilai mulai menekan kualitas skor kredit individu di Indonesia. Direktur Utama PT PEFINDO Biro Kredit (IdScore), Tan Glant Saputrahadi, mengatakan tren ini selaras dengan melemahnya kondisi ekonomi masyarakat, terutama pada kelompok kelas menengah bawah.

        “Ketika penggunaan BNPL meningkat, skor kredit individu cenderung menurun. Artinya, kualitas kredit masyarakat sedang tertekan,” ujar Tan Glant ketika ditemui usai konferensi pers peluncuran sistem EAGLE di Jakarta, Senin (10/11).

        Ia menjelaskan, data perilaku kredit (credit behavior) dari layanan BNPL dan pinjaman konsumtif kini banyak memengaruhi profil risiko pengguna. Aktivitas seperti menunda pembayaran cicilan atau menambah jumlah pinjaman tanpa memperhatikan kemampuan bayar berdampak langsung pada penurunan skor kredit.

        Baca Juga: IdScore Dorong Budaya Menjaga Skor Kredit sebagai Gaya Hidup Finansial Baru

        “Ini fenomena yang sama dengan tren ekonomi makro—ketika konsumsi naik tanpa didukung daya beli, kualitas kredit akan turun,” katanya.

        Tan menambahkan, meski BNPL kerap dianggap sebagai inovasi yang mempermudah akses pembiayaan, peningkatan pengguna dari kalangan berpendapatan rendah menimbulkan potensi risiko baru.

        “Kita tidak memandang BNPL sebagai hal negatif. Justru ini bisa jadi pintu masuk literasi keuangan, asalkan perilaku bayarnya tetap dijaga,” ujarnya.

        Senada dengan itu, Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Wahyu Trenggono menilai lonjakan BNPL dan cash loan yang tidak diimbangi peningkatan kemampuan finansial masyarakat berpotensi menimbulkan tekanan pada stabilitas keuangan.

        “Kita melihat masyarakat kelas bawah dan menengah saat ini banyak mengambil pinjaman konsumtif di tengah kondisi daya beli yang menurun dan risiko PHK meningkat. Ini patut diwaspadai,” jelas Wahyu.

        Baca Juga: Rendahnya Literasi Keuangan Jadi Tantangan Credit Scoring di Indonesia

        Menurut Wahyu, peningkatan eksposur masyarakat terhadap BNPL perlu menjadi perhatian otoritas keuangan dan pelaku industri pembiayaan. Jika tren penurunan credit score terus berlanjut, hal itu bisa menjadi indikator dini (early warning) atas meningkatnya risiko gagal bayar di sektor ritel.

        “Bagi kami di biro kredit, data BNPL adalah alat penting untuk mendeteksi perubahan perilaku kredit. Kalau skor kredit masyarakat secara umum menurun, itu alarm bagi otoritas dan industri untuk segera mengidentifikasi penyebabnya,” ujar Wahyu.

        Ia menegaskan, Pefindo Biro Kredit siap menyediakan data dan analisis perilaku kredit untuk membantu regulator maupun pelaku usaha memantau perkembangan risiko tersebut.

        “Kami ingin data yang kami kelola menjadi dasar pengambilan kebijakan agar pertumbuhan keuangan digital tetap sehat,” katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: