GP Ansor Jaksel Gelar Diskusi, Kaji Dampak Pemberian Gelar Pahlawan pada Sejarah
Kredit Foto: Istimewa
Menyikapi polemik di masyarakat mengenai wacana pemberian gelar pahlawan nasional kepada mantan Presiden Soeharto, Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Jakarta Selatan menyelenggarakan forum diskusi interaktif bertajuk “Ngolah Pikir Bareng”.
Acara yang mengusung tema “Apakah Gelar Pahlawan Akan Menghapus Jejak Sejarah Masa Lalu?” ini berlangsung di Kafe Titik Kumpul, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Sabtu (15/11).
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 80 orang peserta yang terdiri dari kader Ansor dan Banser dari seluruh pimpinan cabang di wilayah Jakarta.
Forum tersebut menghadirkan dialog interaktif dengan empat narasumber kompeten dari berbagai latar belakang, yakni tokoh pemuda, aktivis, dan akademisi.
Para narasumber yang hadir adalah H. Abdil Aziz, S.H.I (Founder Rumah Kreasi Jakarta); A. Wibi Wibianto (Bendahara DPD KNPI Provinsi DKI Jakarta); Ihsan Suri, S.Sos., M.I.Kom (Peneliti Network Society Indonesia); dan H. Sufyan Hadi (Ketua Pimpinan Cabang GP Ansor Jakarta Selatan).
Diskusi santai ini bertujuan memberikan ruang dialog interaktif antar kader Ansor dan Banser. Lebih dari itu, acara ini juga merupakan bentuk peran serta GP Ansor dalam merespons dinamika dan perdebatan yang muncul di tengah masyarakat.
Salah satu narasumber, H. Abdil Aziz, S.H.I., dalam paparannya menyampaikan, “Pemberian Gelar Pahlawan oleh pemerintah kepada presiden ke-2 Indonesia, H.M. Soeharto, sudah pasti melewati banyak pertimbangan atas jasa yang beliau berikan untuk negara. Seperti yang Alm Gus Dur pernah sampaikan, Soeharto itu jasanya banyak untuk Indonesia, walaupun dosanya juga banyak.”
Abdil Aziz lebih lanjut menekankan pentingnya masyarakat mengambil hal-hal positif dari jasa Soeharto sebagai bekal untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
Pendapat senada disampaikan oleh narasumber lainnya, A. Wibi Wibianto dan Ihsan Suri, yang sepakat dengan substansi yang diungkapkan Abdil Aziz. Meski demikian, kedua narasumber tersebut mengingatkan pentingnya generasi muda untuk tidak menutup mata atas berbagai pelanggaran HAM dan kekurangan yang terjadi di era kepemimpinan Soeharto.
Penekanan pada prinsip “tidak melupakan sejarah” juga disampaikan oleh Ketua PC GP Ansor Jakarta Selatan, H. Sufyan Hadi.
“Generasi muda boleh memaafkan, tapi tidak boleh melupakan apa yang terjadi sebagai pembelajaran bangsa agar ke depan Indonesia menjadi negara yang lebih baik,” ujarnya.
Diskusi yang berlangsung sekitar dua jam tersebut direspons secara antusias oleh seluruh peserta.
Antusiasme ini menunjukkan bahwa polemik yang terjadi di masyarakat merupakan dinamika bernegara yang lumrah.
Melalui kegiatan ini, GP Ansor Jaksel telah mendemonstrasikan bahwa setiap polemik dapat disikapi dengan bijak melalui kegiatan positif yang konstruktif, sehingga mampu memberikan dampak dan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya para kadernya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: