Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mansyaf Buka Kesempatan Investasi 'Offshore' Syariah

        Warta Ekonomi -

        WE Online, Jakarta - Reksa dana Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dolar AS (Mansyaf) yang diluncurkan oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) membuka kesempatan investor untuk berinvestasi pada efek luar negeri (offshore).

        "Mansyaf bisa memfasilitasi investor yang ingin melakukan diversifikasi investasi dengan metode syariah. Reksa dana ini akan berinvestasi di 11 negara di kawasan Asia Pasifik kecuali Jepang," kata Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro dalam acara peluncuran Mansyaf di Jakarta, Rabu (17/2/2016).

        Menurut Legowo, segala bentuk investasi Mansyaf akan diawasi secara ketat oleh Manulife yang memiliki Dewan Pengawas Syariah. Dewan tersebut beranggotakan seorang ahli syariah pasar modal (ASPM) Muhammad Gunawan Yasni.

        Adapun reksa dana Mansyaf sendiri telah ditawarkan pada masyrakat sejak Senin (15/2/2016) dengan minimum pembelian awal 10.000 dolar AS.

        Mansyaf sendiri akan mengalokasikan 80 persen hingga 100 persen dari aset yang dikelola untuk diinvestasikan di instrumen saham syariah di kawasan Asia Pasifik dan 0-20 persen instrumen pendapatan tetap, sukuk atau pasar uang sesuai dengan prinsip-prinsip pasar.

        MAMI menunjuk Citibank Indonesia untuk mengadministrasikan Mansyaf. Reksa dana ini didistribusikan secara langsung ke masyarakat luas oleh "relationship manager" MAMI melalui Standard Chartered Bank dan didistribusikan oleh mitra distribusi MAMI.

        Manulife sendiri sebelumnya sudah mengelola reksa dana berbasis syariah bernama manulife sektoral syariah amanah yang diluncurkan pada tahun 2009 dan beroperasi pada efek dalam negeri.

        Dipilihnya Asia Pasifik sebagai kawasan investasi Mansyaf didasarkan pada keyakinan MAMI bahwa wilayah tersebut akan menjadi motor pertumbuhan dunia.

        "Ada tiga faktor yang membuat perekonomian dunia akan beralih ke ASia Pasifik yaitu demografi, bertambahnya jumlah kelas menengah dan peningkatan belanja infrastruktur," ujar Direktur Investasi MAMI Alvin Pattisahusiwa Alvin melanjutkan Asia Pasifik didiami oleh 60 persen manusia dari total penduduk dunia dengan populasi mayoritas adalah 25 tahun-29 tahun. Kemudian diperkirakan pada tahun 2020-2030, lebih dari 50 persen jumlah kelas menengah dunia ada di Asia Pasifik.

        Selanjutnya pada tahun 2020-2030, kelas menengah di Asia Pasifik akan mencatat konsumsi 40 persen sampai 50 persen dari total konsumsi keseluruhan kelas menengah dunia.

        Belanja infrastruktur dunia diperkirakan akan meningkat dari 4 triliun dolar AS pada 2012 menjadi 9 triliun dilar AS pada 2025, dimana 60 persen dari jumlah tersebut dipercaya datang dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: