Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hah..! Suriah Gunakan Senjata Kimia Perusak Syaraf

Oleh: ,

Warta Ekonomi -

WE.CO.ID – Eropa terus melancarkan tekanan terhadap pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar al-Assad. Rejim Suriah dituding menggunakan gas sarin dalam memerangi kelompok pemberontak. 

Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengumumkan hasil pemeriksaan laboratorium itu seusai bertemu dengan kepala Komisi PBB untuk penyelidikan atas tudingan penggunaan senjata kimia di Suriah

"Saya menyampaikan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium kami yang ditunjuk oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia guna mengidentifikasi perang senjata kimia,” kata Fabius sebagaimana dikutip CNN, Rabu (5/6/2013).

"Prancis kini punya kepastian bahwa gas sarin dipergunakan beberapa kali di Suriah dengan cara-cara yang terlokakalisasi,” imbuh Fabius tentang penggunaan gas yang tidak berwarna dan berbau itu.

Dalam wawancara dengan televisi France 2, Selasa (4/6/2013) malam, Fabius mengungkapkan pihaknya memiliki bukti bahwa pemerintah Suriah menggunakan gas yang merusak syaraf tersebut. Bukti  itu berupa hasil pemeriksaan laboratorium dari sejumlah sampel darah dan urin yang diambil dari beberapa wilayah Suriah. Tidak disebutkan dari daerah mana di Suriah sampel darah yang diperiksa di laboratorium di Prancis itu.

Dia menekankan bahwa pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia harus ditindak tegas. 

"Tidak diragukan lagi rejim penguasa Suriah dan para pendukungnya bertanggung jawab (atas penggunaan gas sarin,” kata Fabius seraya menambahkan hasil uji laboratorium itu telah diserahkan kepada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

"Semua pilihan kini tersedia di atas meja. Apakah kita akan memutuskan untuk tidak bereaksi atau bereaksi, termasuk dengan serangan militer  terhadap tempat penyimpanan gas itu.”

Uji laboratorium itu dilakukan setelah para jurnalis surat kabar Prancis Le Monde menyelundupkan sampel darah dan urin dari Suriah. Hal itu dilakukan untuk menguatkan dugaan mereka atas serangan di Gamaskus dan Saraqeb di kawasan utara Suriah yang mereka yakini sebagai serangan senjata kimia.

Inggris juga menyatakan telah uji serupa dengan kesimpulan yang tidak berbeda.

Seorang juru bicara Kantor Luar Negeri Inggris, sebagaimana dikutip BBC News, mengungkapkan pihaknya telah mendapatkan sampel fisiologis dari wilayah Suriah. Hasil uji terhadap sample itu menunjukkan adanya penggunaan gas syaraf sarin.

Sementara itu, Amerika Serikat tampak hati-hati menyikapi isu penggunaan gas sarin itu. Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, “Kita perlu memperluas bukti yang kita miliki.”

Dalam laporan terbarunya, Komisi PBB untuk penyelidikan terhadap masalah Suriah mendesak agar pihak asing tidak menambah ketersediaan senjata di Suriah. Laporan itu antara lain berisi dugaan sejumlah kejahatan di Suriah dalam dua tahun lebih berkecamuknya konflik dan pemberontakan. Misalnya, bukti-bukti dugaan pembunuhan massal, pengepungan, dan pelanggaran terhdap hak anak, termasuk penyanderaan, mempertontonkan penyiksaan di depan anak-anak, dan bahkan memaksa mereka terlibat pemenggalan.

Menurut laporan PBB itu, konflik berkepanjangan di Suriah telah merenggut nyawa sekurang-kurangnya 80.000 orang.

Konflik Suriah berpotensi makin memanas seiring dengan pencabutan embargo senjata oleh Uni Eropa pada akhir bulan lalu. Pencabutan embargo tersebut dinilai sebagai pembuka jalan bagi kelompok pemberontak Suriah untuk mendapatkan akses pasokan senjata, dari  Eropa, terutama Prancis dan Inggris. Keputusan Keputusan tersebut "diimbangi" oleh pengumuman Rusia tentang pengiriman peluru kendali canggih antiserangan udara S-300.

[email protected]

Foto: France 2

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Nurcholish MA Basyari

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: