Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Perekonomian Indonesia Stabil dan Baik

BI: Perekonomian Indonesia Stabil dan Baik Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang stabil dan memiliki prospek yang cukup baik. Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, dalam acara ASEAN-Japan Centre, di Tokyo, Jepang, Jumat (14/10/2016).

Acara yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo bekerjasama dengan ?ASEAN-Japan Centre di Tokyo Jepang ini mengambil tema Structural Reform and Monetary Policy in Indonesia, dan dihadiri oleh 170 peserta yang terdiri dari analis ekonomi, investor, perwakilan dunia usaha di Jepang, serta perwakilan bank sentral asing yang berada di Tokyo.

Perhatian cukup besar diberikan oleh para peserta antara lain terhadap arah kebijakan moneter BI ke depan, dampak paket deregulasi kebijakan fiskal, termasuk perkembangan tax amnesty, dan prospek dunia usaha di Indonesia. Sekjen ASEAN-Japan Centre, Masataka Fujita, dalam sambutan pembukanya mengatakan bahwa Indonesia memiliki posisi yang sangat signifikan dalam perekonomian di Asia.

"Namun informasi yang beredar di kalangan investor luar negeri sering tidak memberikan gambaran riil terhadap kondisi perekonomian Indonesia," cetus dia.

Di sisi lain, masih terdapat persepsi yang kurang mendukung terhadap kondisi investasi di Indonesia. "Kegiatan ini diharapkan dapat membuka mata dan wawasan para peserta sehingga dapat memberikan informasi yang komprehensif terhadap kondisi perekonomian Indonesia," tuturnya.

Menanggapi berbagai pertanyaan tersebut, Mirza menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia saat ini memiliki komitmen yang kuat terhadap reformasi struktural di Indonesia. Hal tersebut tercermin dari 13 paket deregulasi kebijakan di bidang ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah.

Tidak hanya itu, untuk memastikan implementasi dari paket deregulasi tersebut, Presiden RI telah membentuk task force/gugus tugas untuk melakukan monitoring terhadap implementasinya.

"Salah satu contoh nyata implementasi deregulasi kebijakan yang telah dilakukan adalah implementasi One Stop Service dalam perizinan investasi serta mendorong sektor unggulan baru misalnya pariwisata, melalui kebijakan pemberian bebas visa kepada 169 negara, guna mendorong peningkatan arus wisatawan ke Indonesia," jelas Mirza.

Dari sisi kebijakan moneter, BI di tahun 2016 ini telah melakukan reformulasi kebijakan suku bunga acuan, dengan mengubah acuan suku bunga dari BI Rate dengan BI 7-Day Repo Rate. Langkah ini dilakukan bukan untuk mengubah sikap kebijakan, namun dilakukan untuk menyempurnakan transmisi kebijakan moneter. Bank Indonesia juga telah melakukan pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial.

"Ke depan, Bank Indonesia melihat masih terdapat peluang untuk melakukan pelonggaran kebijakan, tentunya dengan selalu melihat dinamika perekonomian yang terjadi," terang Mirza.

Menurutnya, sinergi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia telah mendorong optimisme pada perekonomian Indonesia. Hal tersebut terlihat pada inflasi yang diperkirakan terkendali, defisit neraca transaksi berjalan yang aman pada kisaran 2,0%-2,5% di tahun 2016 dan 2,5%-3,0% di tahun 2017, serta keseimbangan fiskal yang dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah.

"BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada dalam kisaran 4,9%-5,3% di tahun 2016, dan pada kisaran 5,1%-5,5% di tahun 2017," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: