Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Alasan S&P Berubah-ubah, Menko Darmin: Aneh!

Alasan S&P Berubah-ubah, Menko Darmin: Aneh! Darmin Nasution, Menkoperekonomin | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Surabaya -

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengaku kecewa karena lembaga pemeringkat S&P tak kunjung menaikkan peringkat Indonesia menjadi lnvestment Grade atau layak investasi. Kekecewaan ini ditambah lagi dengan adanya alasan yang berubah-ubah dari S&P dalam menetapkan peringkat.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan alasan S&P berubah-ubah dalam menentukan peringkat Indonesia. Sementara lembaga pemeringkat lain telah menaikkan peringkat Indonesia ke arah yang lebih baik.

"Ya susah kalau kemudian berganti-ganti, sebentar bilang fiskal, sebentar bilang NPL. Kalau buat saya pribadi orang mengubah-ubah alasan itu aneh. Artinya, sudah sekian tahun ya S&P sudah lama sekali, yang lain kan sudah (menaikkan peringkat Indonesia)," kata Darmin di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (28/10/2016).

Setali tiga uang, Bank Indonesia (BI) juga mengaku penetapan peringkat S&P yang tak meningkat perlu diklarifikasi. Padahal, sejumlah pencapaian telah berhasil diraih Indonesia sepanjang tahun 2016 ini.

"Kita tahu pada saat sebelum ini S&P punya concern terkait fiskal. Tetapi, Indonesia saat merespons fiskal sangat baik karena kita sama-sama ikuti saat Indonesia penerimaan pajaknya mengalami tekanan karena perekonomian global dan harga komoditas yang belum membaik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.

Demi menaikkan peringkat di S&P, pemerintah melakukan pemangkasan anggaran 2016 sebagai langkah penyehatan fiskal. Hal ini juga membuat Indonesia terhindar dari risiko fiskal akibat kurangnya penerimaan negara pada tahun ini.

Selain itu, keberhasilan program pengampunan pajak (tax amnesty) juga seharusnya menjadi catatan lembaga pemeringkat. Sayangnya, dengan alasan yang berubah peringkat Indonesia dari S&P tak juga mengalami peningkatan.

"Ini adalah dua yang cukup kuat, yaitu perbaikan fiskal dan tax amnesty. Tetapi, kalau sekarang rating agency menyampaikan ada aspek lain, saya rasa itu suatu apa namanya ungkapan yang bergerak jadi targetnya berubah-ubah dan seharusnya tidak sepatutnya tidak begitu," tutup Agus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: