Konsulat Jendral Republik Indonesia untuk Sarawak, Malaysia terus berupaya untuk mendorong produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia menembus pasar negeri jiran itu.
Konjen RI untuk Sarawak Malaysia, Jahar Gultom mengatakan "Kita akan terus membantu upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan UKM di Indonesia, salah satunya dengan berbagai kegiatan pameran produk UKM yang kita lakukan di Kuching, Malaysia," katanya di Kuching, Malaysia, Minggu (6/11/2016).
Pada kesempatan itu, dia mengungkapkan, pemerintah Indonesia saat ini sangat memberikan perhatian kepada sektor industri kreatif dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.
Pada 2015, jumlah UKM di Indonesia tercatat sebanyak 57,89 juta unit usaha dan secara perekonomian Sektor UKM di Indonesia menyumbang 60,34 persen dari Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, yang pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp11,540 triliun mewakili 1,43 persen dari perekonomian dunia.
"Sektor UKM Indonesia juga merupakan sektor usaha yang menyerap tenaga kerja terbesar mencapai 95 persen dari angkatan kerja yang ada di Indonesia atau sejumlah 121 juta orang. Setiap tahunnya, sektor UKM Indonesia bertumbuh rata-rata sebesar 4,5 persen," tuturnya.
Usahawan UKM Indonesia sudah terbukti merupakan sektor yang tangguh, bahkan merupakan "back-up" perekonomian Indonesia yang sangat kuat. Hal itu terbukti ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998, pada saat hampir sebagian besar perusahaan export-import, perbankan, retail, dan manufaktur terpengaruh akibat melambungnya nilai USD. Namun, sektor UKM di Indonesia tidak terpengaruh dan bahkan berkembang lebih pesat karena pasar di luar negeri beralih semua ke dalam negeri.
"Kekuatan UKM Indonesia menghadapi krisis ekonomi saat itu karena tiga hal yaitu, pertama, UKM Indonesia menghasilkan produk-produk konsumtif yang dekat dan diperlukan oleh sebagian besar masyarakat dalam negeri Indonesia sehingga tidak tergantung kepada pasar luar negeri," katanya.
Kedua, lanjutnya, UKM Indonesia umumnya menggunakan sumber daya lokal di Indonesia, mulai dari bahan baku, sumber daya manusia dan pemasarannya. Ketiga, hampir sebagian besar UKM Indonesia tidak menggunakan bantuan kredit perbankan, sehingga pada saat krisis, ketika bunga kredit bank meningkat, UKM Indonesia tidak khawatir dan dapat terus beroperasi.
Untuk menghadapi era globalisasi saat ini, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah resmi berlaku sejak 1 Januari 2016 tahun ini, dirinya bertekad untuk lebih memperkuat sektor UKM.
"Pemerintah telah membantu UKM di berbagai bidang, antara lain dengan pemberian kredit perbankan, pemasaran produk dan pemberdayaan UKM dengan mengikuti perkembangan teknologi (digitalisasi UKM), salah satunya pemasaran melalui e-commerce," pungkas Gultom. Ant.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Leli Nurhidayah
Tag Terkait:
Advertisement