PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melihat anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang berhubungan dengan kabar akan naiknya suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed).
The Fed, menurut Direktur Utama BEI Tito Sulistio, memang mengindikasikan akan menaikkan suku bunganya di akhir tahun ini. Rencana kenaikan suku bunga The Fed terjadi setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden negara adidaya tersebut.
Pasalnya, dalam kampanye Trump menyatakan ingin fokus memperbaiki perekonomian dalam negeri dengan mempercepat laju perekonomian serta mencabut keberadaan AS dalam beberapa perjanjian perdagangan internasional yang dianggap tidak menguntungkan.
"Donald Trump berencana untuk mengakselerasi belanja negara. Jika belanja negara besar, kecenderungannya akan menciptakan inflasi yang di mana salah satu cara untuk menahan ekonomi yang bergerak cepat tentunya The Fed akan menaikkan suku bunga. Nah, indikator naiknya suku bunga itu dari yield obligasi dari SUN kita sampai 10 basis poin, ini yang merefleksikan market akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu dekat," ungkapnya.
Meski begitu, Tito optimis kenaikan The Fed tidak akan berdampak lebih jauh terhadap pasar modal Indonesia sebab kebanyakan dari emiten di Indonesia kinerja operasinya merupakan berbasis domestik.
"Betul Trump memang akan renegoisasi perdagangan dengan China. Ada memang beberapa perusahaan kita yang distribusi bahan baku ke sana. Tapi, hanya beberapa. Jadi secara teoritis domestik kita tidak terganggu dengan apa yang terjadi di AS," terangnya.
Ia memandang pelemahan IHSG yang terjadi ini hanya bersifat sementara lantaran adanya ketidakpastian dari kebijakan Trump dan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.
"Memang kalau uncertainty itu short term dan kalau short term itu high cost," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement