Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (1/12/2016) pagi, bergerak menguat sebesar empat poin menjadi Rp13.546, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.550 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah menguat seiring dengan kurs di kawasan Asia yang sudah menguat lebih dulu semenjak awal pekan ini," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa menguatnya harga minyak mentah dunia turut memberikan tambahan dorongan bagi laju mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis (1/12) pagi ini berada di posisi 49,47 dolar AS per barel, naik 0,06 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 50,47 dolar AS per barel, menguat 8,82 persen.
Ia mengatakan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai naiknya pertumbuhan kredit Oktober 2016 serta membaiknya indeks manufaktur Indonesia November 2016 memberikan sinyal pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang lebih baik pada kuartal keempat 2016.
Kendati demikian, menurut dia, masih terdapat sejumlah sentimen yang masih membatasi apresiasi rupiah. Inflasi November 2016 serta aksi damai pada 2 Desember 2016 masih menjadi salah satu kekhawatiran di pasar keuangan.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa penguatan rupiah turut terbantu dengan imbas adanya komentar "dovish" dari salah satu Petinggi The Fed mengenai kenaikan suku bunga.
Selain itu, lanjut dia, pernyataan Bank Indonesia terkait rencana menerapkan inklusi keuangan untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas jaringan perbankan turut mengapresiasi rupiah. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement