Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bali Catatkan Nilai Impor US$140,62 Juta

Bali Catatkan Nilai Impor US$140,62 Juta Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Denpasar -

Bali mengimpor berbagai jenis mesin dan komponen alat produksi senilai 140,62 juta dolar AS selama sebelas bulan periode Januari-November 2016, meningkat 17,81 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 119,37 juta dolar AS.

"Nilai impor Bali tersebut jauh lebih kecil dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama mencapai 463,64 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu (4/1/2017).

Ia mengatakan khusus nilai impor pada bulan November 2016 tercatat 21,63 juta dolar AS, meningkat 127,53 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 9,5 juta dolar AS. Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Oktober 2016) yang 13,62 juta dolar AS, maka nilai impor tersebut mengalami kenaikan mencapai 58,73 persen.

Adi Nugroho menjelaskan Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia mendatangkan berbagai jenis mesin dan barang produksi untuk diolah kembali menjadi barang dan aneka jenis cenderamata yang siap diekspor ke pasaran luar negeri yang mampu memberikan nilai ekonomis jauh lebih besar.

"Impor alat produksi itu dinilai lebih menguntungkan dan bermanfaat karena mampu memberikan nilai tambah dibandingkan dengan mendatangkan bahan makanan atau minuman untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yang hanya menghabiskan devisa," ujar Adi Nugroho.

Bali mengimpor produk luar negeri antara lain produksi kapal laut dan bangunan terapung 55,13 persen, menyusul produksi mesin dan perlengkapan mekanik 11,13 persen serta produksi mesin dan peralatan listrik 7,37 persen. Selain itu juga produksi perangkat optik 4,56 persen dan produk berbagai barang logam dasar 3,76 persen.

Berbagai produk luar negeri itu didatangkan dari Panama 55,13 persen, menyusul Tiongkok 19,04 persen, Singapura 6,03 persen, Amerika Serikat 5,72 persen dan Australia 2,35 persen, ujar Adi Nugroho. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: