Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Kementerian Perindustrian berkomitmen menumbuhkan industri pengolahan kelapa sawit di dalam negeri sebagai pelaksanaan kebijakan nasional hilirisasi di sektor agro, mengingat sektor tersebut mampu memberikan sumbangan besar bagi perekonomian nasional.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat memberikan arahan pada Pertemuan Nasional Sawit Indonesia 2017 mengatakan bahwa sumbangan untuk perekonomian nasional tersebut didapat melalui peningkatan nilai tambah, kinerja nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, pemerataan kesejahteraan masyarakat, dan kontribusi pada penerimaan negara.
"Industri kelapa sawit dari hulu sampai hilir merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat strategis," kata Airlangga, di Jakarta, Kamis (2/2/2017).
Merujuk data Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2016, perkebunan kelapa sawit berperan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di dalam negeri sebanyak 5,7 juta orang, dengan 2,2 juta orang di antaranya adalah petani rakyat skala kecil.
Saat ini, luas perkebunan kelapa sawit diperkirakan mencapai 11,6 juta hektare, di mana lebih dari 41 persen merupakan kebun rakyat. Secara keseluruhan, diperkirakan sekitar 16-20 juta orang mengandalkan penghidupan dari bisnis kelapa sawit hulu-hilir yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam jangka menengah, Kementerian Perindustrian memprioritaskan upaya peningkatan investasi industri pengolahan sawit untuk mengantisipasi pertumbuhan jumlah produksi bahan baku yang diharapkan mencapai 40 juta ton CPO pada tahun 2020.
Pada jangka panjang, Kemenperin mendorong pertumbuhan industri pengolahan sawit terutama yang membawa teknologi canggih dan terkini untuk menghasilkan aneka produk hilir seperti super edible oil, golden nutrition, bio plastic, bio surfactant, hingga green fuel.
Airlangga menambahkan, untuk memacu hilirisasi industri kelapa sawit, pemerintah menggunakan instrumen kebijakan fiskal melalui pengenaan tarif bea keluar secara progresif sejak tahun 2011, disusul dengan kebijakan penghimpunan dana perkebunan pada tahun 2015.
Dengan penerapan kebijakan tersebut, sejak tahun 2013, telah terjadi pergeseran rasio ekspor yang semula 70 persen produk hulu dan 30 persen produk hilir, menjadi 30 persen produk hulu dan 70 persen produk hilir.
Diharapkan, pasar ekspor minyak sawit Indonesia terus meningkat dengan negara-negara tujuan utama seperti India, Tiongkok, Pakistan, dan negara-negara Timur Tengah.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Tercatat, berdasarkan data Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), pada 2016 industri sawit menyumbangkan devisa sebesar 18,1 miliar dolar AS.
Sepanjang 2016, ekspor minyak sawit Indonesia untuk CPO dan turunannya mengalami penurunan sebesar lima persen, dari tahun sebelumnya sebesar 26,4 juta ton, dan menjadi 25,1 juta ton pada tahun 2016. Sementara produksi pada 2016 turun tiga persen menjadi 34,5 juta ton dari sebelumnya 35,5 juta ton. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement