Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Sebab Uni Eropa Minta Inggris Bayar Denda 60 Miliar Euro

Ini Sebab Uni Eropa Minta Inggris Bayar Denda 60 Miliar Euro Kredit Foto: Chicagotribune.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keluarnya Inggris dari Uni Eropa membuat organisasi yang bermarkas di Brussels, Belgia tersebut kelimpungan. Pasalnya, kontribusi Inggris bagi anggaran Uni Eropa menjadi berhenti.

Oleh sebab itu, untuk mengisi kekosongan anggaran tersebut, Uni Eropa membuat rancangan undang-undang yang mengharuskan Inggris untuk membayar biaya keluar sebesar 60 miliar euro. Namun, Inggris dengan tegas menolak mentah-mentah untuk membayar denda tersebut. Pada saat yang sama, anggota Uni Eropa juga memberitahu Brussels bahwa mereka tidak bersedia menaikkan iuran bagi organisasi untuk menstabilkan anggaran setelah keluarnya Inggris.

Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker sendiri mengatakan RUU tersebut bukanlah hukuman atau sanksi terhadap Inggris. Menurutnya pemerintah dan parlemen Inggris harus menghormati komitmen dalam keanggotaan Uni Eropa. Biaya pisah sebesar 60 miliar euro tersebut termasuk utang Inggris yang belum dibayar.

Inggris memiliki peranan besar dalam anggaran Uni Eropa selama ini. Bahkan mereka merupakan salah satu kontributor utama untuk anggaran Uni Eropa. Tahun 2014, Inggris Raya adalah penyumbang terbesar keempat untuk anggaran Uni Eropa, setelah Jerman, Prancis, dan Italia.

Inggris Raya membayar 11,34 miliar euro dari total anggaran sebesar 116,53 miliar euro. Setahun kemudian, kontribusi Inggris terhadap Uni Eropa meningkat menjadi 18,20 miliar euro dari total anggaran 118,60 miliar euro.

?Pada 2015, Inggris adalah tiga kontributor terbesar untuk anggaran Uni Eropa setelah Jerman dan Prancis. Memang Inggris adalah penerima terbesar keenam dari pengeluaran Uni Eropa, namun pangsa pengeluaran Uni Eropa diukur dalam persentase dari GNI, dimana Inggris hanya 0,30 persen alias yang terendah,? tulis dokumen yang disiapkan oleh anggota Parlemen Uni Eropa, seperti dikutip dari laman CNBC di Jakarta, Kamis (30/3/2017).

Nah, anggaran ini menjadi penting untuk memulihkan kondisi Uni Eropa pasca krisis keuangan global 2008. G?nther Oettinger, komisaris Uni Eropa asal Jerman mengatakan bahwa Jerman harus meningkatkan iurannya akibat dari Brexit.?

Namun Sekretaris Negara untuk Menteri Keuangan Jerman, Jens Spahn menyatakan bahwa tidak ada mekanisme otomatis yang bisa memaksa Jerman untuk meningkatkan iuran mereka kepada Uni Eropa. Pendapat serupa juga datang dari Denmark. Menteri Keuangan Denmark Kristian Jensen kepada surat kabar Borsen, bahwa negaranya tidak akan membayar lebih anggaran ke UE, bahkan ia menatakan negaranya justru ingin menggurangi iuran.

Seorang pejabat Uni Eropa yang enggan disebutkan namanya menilai masalah anggaran menjadi hal berat bagi organisasi saat ini. Menurutnya, saat ini Brexit mengakibatkan penurunan pendapatan dalam anggaran Uni Eropa. Hal itu barus ditangani dengan iuran yang lebih tinggi, penciptaan sumber pendapatan baru, mengurangi pengeluaran Uni Eropa atau kombinasi dari tiga pilihan itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Dewi Ispurwanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: